Detik waktu pastinya kan terus berlalu. Baik dari hari ke hari, minggu ke minggu, juga bulan hingga tahun.
Selama ini … Tiwi, mungkin telah menjadi seorang gadis yang paling beruntung di dunia ini. Sebab usai dirinya di campakkan dan terima luka lara di Bumi dahulu, lantas kehidupan barunya di Semesta Bhumi Pratiwinta seketika berubah 180 derajat.
Tiwi diterima dengan baik di sana. Ia di sayangi dan di cintai dengan tulus. Bahkan dirinya juga di beri gelar sebagai satu-satunya Dewi agung di semesta yang gunakan namanya sebagai nama yang kekal itu — Pratiwinta.
Namun nyatanya … Tiwi tetaplah seorang anak manusia. Ia tidak dapat menjadi kekal dan abadi di sana.
Dan tentunya kala masa kian terus berganti. Kejayaannya yang seolah tak lekang oleh waktu sebelumnya … pada akhirnya temui batasnya juga, kala usianya telah sampai di batas umur anak manusia.
Di usianya yang tepat ke 90 tahun, pada akhirnya Tiwi kembali ke rumah Tuhannya yang benar-benar kekal dan abadi. Hingga sisakan luka dan kepiluan yang begitu mendalam bagi seluruh umat penghuni Pratiwinta.
Namun sebelum kepergiannya itu, sang Dewi telah berpesan jika … akan ia anugrah kan seluruh keberuntungannya yang ia miliki semasa hidupnya itu untuk anak yang kan terlahir di tanggal 15 Oktober tahun ini.
Sebab hari itu tepat pertama kalinya Tiwi sampai di Semesta Bhumi Pratiwinta.
Akan tetapi, ada pantangan yang harus mereka terima juga. Ada batas dan ada garis larangan yang tidak boleh mereka langgar.
Yang mana, kala anak itu telah dewasa nanti mereka tidak boleh melakukan persetubuhan tanpa ikatan sebuah pernikahan.
Celakalah bagi mereka yang melanggarnya dimasa depan.
Lantas usai kepergian sang Dewi hari itu … Semesta Bhumi Pratiwinta baru bisa tersenyum kembali tepatnya pada tanggal 15 Oktober tahun ini.
Sebab Semesta Bhumi Pratiwinta kini tengah menyambut kelahiran tujuh permata semesta dari tujuh bangsa yang berbeda.