CRIMINAL LOVE (86)

pshaconne
16 min readJan 20, 2024

--

Tuxedo hitamnya telah ia tanggalkan di dalam mobil. Dasi kerjanya sudah tidak tahu lagi ada di mana. Kemeja berwarna coklat tanahnya yang memiliki lengan panjang telah ia singsingkan sampai siku. Dengan tatapan dingin yang diselimuti amarah Giar terus mengambil langkah lebar dengan tempo yang begitu cepat. Sangat mudah baginya sebab kakinya begitu jenjang.

Rungu nya menuli. Tatapan netranya tak sepersekian detik pun ia bawa melirik ke area sekitar. Bahkan ia menghiraukan tatapan terkejut dari beberapa orang yang kini tengah melihat nya penuh keheranan sebab salah satu tokoh politik sepertinya berada di sebuah hotel untuk kalangan menengah kebawah di siang hari pula.

Jelas saja semua orang disana pasti tahu siapa sosok Giar. Apalagi posisinya saat ini adalah salah satu pemegang kuasa tertinggi di sebuah partai politik yang kini paling disorot media.

Namun Giar pilih abai. Entah berita apapun yang akan segera tercetak di surat kabar dan di tayangkan di siaran televisi besok ia tidak perduli. Fokusnya hanya satu kini, Hylan.

Dengan begitu tergesa-gesa Giar terus berjalan menuju ke salah satu kamar hotel yang menurut ajudannya akan ditempati oleh Hylan dan juga Askara. Dan hal yang paling ia kesalkan lagi, nyatanya sosok Hylan sudah berada di dalam kamar tersebut sejak dua jam lalu. Entah untuk Askara, sang ajudan berkata belum melihatnya sama sekali.

Sial. Batinnya, ia kecolongan juga akhirnya.

Semenjak ulang tahun Hylan tiga bulan lalu keduanya memang tak sempat bertemu lagi sebab Giar harus mempersiapkan pesta politik yang akan segera dimulai. Dari mengurus beberapa berkas. Melakukan blusukan serta melalui prosesi foto-foto resmi untuk mengisi baliho kampanye di pinggir jalan.

Namun meskipun begitu keduanya masih sempatkan waktu untuk bertukar pesan juga melakukan sambungan telepon dan video call selama itu. Dan untuk urusan uang bulanan Hylan, tidak pernah telat sekalipun Giar kirimkan bahkan terkadang bisa lebih awal dan dua kali dalam sebulan meskipun Hylan tidak pernah memintanya sama sekali.

Posisinya saat ini Giar sudah tahu jelas dari Tama jika Hylan telah memilih untuk kembali bersama Askara. Namun ia tetap berpura-pura tidak tahu menahu soal itu. Selama Hylan terus menjadi miliknya pun tidak kedapatan melakukan hal-hal yang mampu meledakkan emosinya Giar tetap duduk tenang di singgasana nya selama ini. Namun sepertinya tidak untuk hari ini.

Sebenarnya Giar paling tidak suka jika ia harus menggunakan kekuasaannya sebagai salah satu anggota partai tapi dengan dalih mendidik sang putra yang hendak melakukan hal melenceng ‘katanya’ maka pihak hotel dengan mudah memberikan akses agar ia bisa memasuki salah satu kamar yang Askara booking sejak kemarin itu.

“PULANG!” Hylan yang tengah bermain ponsel sambil berbaring langsung duduk sempurna di tempat nya saat mendengar suara berat dan penuh amarah dari seseorang yang sangat dikenalnya. Bahkan ponselnya tadi sempat jatuh mengenai wajahnya dan walaupun jelas ia kesakitan namun Hylan pilih abai dan langsung pusatkan atensinya pada suara itu berasal.

“Kok. Ayah —” / “PULANG!” Hylan tak sempat selesaikan kalimat tanyanya sebab Giar kembali membentaknya.

“Barang-barang …” Cicit Hylan begitu kecil. Seraya berusaha menarik tangan kirinya yang kini sudah di cengkraman kuat oleh Giar.

“Biar ajudan saya yang bawa” Hylan langsung menciut begitu saja saat Giar berdialog menggunakan bahasa baku padanya. Bahkan ia kini pasrahkan dirinya sepenuhnya. Diseret keluar dari kamar itu sedikit kasar. Melintasi lorong hotel yang cukup panjang dan menuruni anak tangga menuju lantai utama diiringi tatapan penuh selidik dari orang-orang disekitar sana.

Saat melintasi bagian resepsionis, Giar tidak lupa mengucapkan kata terima kasih dengan sopan kepada petugas yang berjaga di sana sambil mengembalikan kunci cadangan yang ia pinjam tadi.

Resepsionis itu hanya bisa tersenyum kecil dan membalas ucapannya dengan seramah mungkin meskipun jelas saja di benaknya kini dipenuhi tanda tanya, siapakah gerangan - sosok yang Giar seret pulang? Tadi beliau mengatakan hendak membawa pulang sang putra namun sosok yang di bawanya keluar bukanlah anaknya. Sebab publik juga tahu dengan pasti sosok putra Giar, Askara.

Sesampainya di parkiran Hylan tak tunggu diperintahkan lagi. Ia langsung masuk kedalam mobil di bagian samping kemudi saat cengkraman tangan Giar terlepas. Hylan bahkan dengan cekatan langsung menggunakan sabuk pengamannya dengan benar. Takut-takut Giar membawa mobil itu dengan kecepatan tak manusiawi setelahnya.

Namun saat Giar menyusul masuk dan menjalankan mobilnya tak ada hal apapun yang terjadi. Bahkan Giar diam tak berkata sepatah kata pun pada Hylan.

Merasa jelas-jelas bersalah sebab telah berbohong dengan dalih pamit kerja kelompok pada Giar sebelumnya, kini Hylan pilih untuk bungkam sjaa. Meskipun bibirnya sudah sangat gatal, ia ingin sekali memberikan pembelaan tentang hal apa yang sebenarnya terjadi hari ini. Namun melihat aura Giar yang sangat menyeramkan Hylan urung lakukan hal itu.

Keheningan dalam mobil terus berlanjut tak lekang oleh waktu bahkan usai Giar berkendara sekitar sepuluh puluh menit entah kemana tujuannya. Hylan tak berani bertanya.

Sebab terlalu bosan dalam keheningan dan suasana mencengkram yang terus melanda, Hylan pada akhirnya jatuh dalam buai alam mimpinya. Giar yang menyadarinya langsung menepikan mobilnya. Lantas dengan cekatan tanpa ingin membangunkan sang empu ia mencoba menurunkan sandaran kursi Hylan agar sang empu dapat lebih nyaman lagi di posisinya yang tengah tertidur.

“Hahhh …” Giar menghela nafas panjang. Ditatapnya penuh cinta dan kasih sayang wajah ayu Hylan yang selalu sanggup meredakan badai emosinya.

Jujur saja Giar masih sangat kesal juga marah saat ini, akan tetapi kala ia melihat Hylan yang begitu ketakutan terhadapnya ia urung meledak dan mengeluarkan kata-kata kekesalannya yang mungkin tak pantas dan kasar pada Hylan. Jujur ia tidak tega.

“Aku kangen banget sama kamu, sayang” Ucap Giar seraya membelai wajah mungil Hylan dengan telapak tangan besarnya penuh kelembutan.

Dalam hatinya Hylan menjerit. Sebenarnya ia tidak lagi tertidur sepenuhnya. Sebab saat Giar menurunkan sandaran kursinya tadi, ia yang tak lama terlelap langsung terjaga. Namun urung bereaksi terkejut dan membuka matanya saat ia dapat menghidu dengan jelas aroma parfum mahal Giar yang terasa sangat pekat. Tanpa perlu membuka matanya Hylan sangat yakin jika Giar saat itu tengah mendekat ke arahnya.

Seraya merenungi sikap dan perlakuan Giar yang begitu lembut kepadanya. Pun mendengar merdu untaian kata rindu dari sang empu, Hylan rasanya ingin menangis sampai tersedu-sedu di tempatnya saat ini.

Bagaimana mungkin Giar hanya diam saja? Tak berkata apapun untuk mencela dan memaki tindakan buruknya?

Bagaimana mungkin Giar yang jelas-jelas sudah kepalang emosi itu sanggup redakan gemuruh di dadanya?

Hylan tak habis pikir. Sebab menurut pengamatan singkatnya selama ini, Giar bukanlah type orang yang pandai memendam amarahnya. Ia adalah sosok yang akan langsung melampiaskan amarahnya begitu saja. Begitu menurut Hylan.

Hylan sepenuhnya sadar, jika tindakannya sudah sangat keterlaluan hari ini. Ia telah berbohong lagi, untuk kali kedua pada Giar.

Seharusnya Giar marah dan memakinya. Atau mungkin langsung menuduhnya dengan hal-hal yang buruk sebab selama tiga bulan keduanya tidak bertemu sama sekali. Harusnya Giar hilang kepercayaan padanya.

Namun apa ini? Hylan malah merasakan perasaan yang luar biasa menyentuh hatinya. Hangat dan nyaman. Perlakuan Giar tidak berubah terhadapnya walaupun jelas-jelas ia tengah emosi dan marah kepadanya.

Hylan terdiam. Ia tetap berpura-pura tidur awalnya. Namun beberapa menit setelahnya ia mendengar Giar mengumumkan nada-nada lembut entah melodi dari lagu apa namun terdengar sangat merdu. Lantas saat jalanan mungkin tengah senggang Giar sesekali akan mengulurkan tangan kirinya untuk mengusap-usap punggung tangan Hylan. Hingga tak lama kemudian Hylan benar-benar kembali jatuh kedalam buaian alam mimpinya.

Saat Hylan mulai membuka netranya ia langsung tersadar secepatnya. Sebab ruangan yang ia tempati begitu asing baginya.

“Ini villa saya” Tutur Giar yang berjalan masuk dari arah balkon tanpa mengenakan pakaian atasnya. Shirtless.

Hylan menundukkan kepalanya dalam-dalam saat Giar duduk di tepi ranjang di sisinya dengan posisi sedikit berhadapan. Telapak tangan besar Giar dengan ringan nya terangkat untuk membelai pucuk kepala Hylan dengan lembut.

“Kenapa. Heum?” Giar menundukkan kepalanya. Ia berusaha menatap wajah Hylan yang masih terus menunduk. Jari-jari tangannya bertautan di pangkuannya. Hylan tengah memilin jari-jarinya tergugup.

“Ayah marah …” Cicitnya begitu lirih. Ia masih enggan mengangkat kepalanya naik dan menatap Giar seperti biasanya saat keduanya tengah bercakap-cakapan.

“Liat sini dulu” Titah Giar seraya berusaha mendorong naik dagu Hylan agar tatapan mereka bertemu. “Kenapa sayang?” Tanyanya sekali lagi. Dengan tatapan lembut seraya tersenyum manis. Giar tengah mencoba memusatkan atensi Hylan agar hanya tertuju padanya seorang.

Dengan pupil mata yang sedikit bergetar serta penglihatannya yang kian memburam sebab terhalang cairan beningnya yang kian timbul. Susah payah Hylan berujar. “Ayah marah-” Hylan langsung memeluk erat tubuh Giar tanpa aba-aba. Ia tak sanggup lagi melanjutkan ucapannya. Sebab tangisannya langsung pecah begitu saja. Hylan benar-benar tidak sanggup sama sekali untuk menatap wajah sang empu sekilas pun ia enggan. Sebab ia merasa sangat takut, jika Giar akan marah. Lalu meninggalkan yang …

Sebenarnya telah jatuh cinta pada sosoknya.

Awalnya Hylan pikir itu hanyalah perasaan bergantung saja namun semakin lama yang ia sadari ia hanya temukan jalan buntu yang berujung pada rasa cinta.

Sosok Giar selalu ada untuknya kapanpun ia butuhkan. Untuk mendengarkan keluh kesahnya. Membantunya menyelesaikan masalah. Pun sesepele menyempatkan dirinya yang sebenarnya sedang kelelahan hanya untuk mendengarkan cerita random nya. Menuruti banyak keinginannya walaupun temu jarang keduanya punya selama tiga bulan ini.

Menjaganya dari jauh memantau nya setiap waktu. Memberi banyak hal tanpa ia minta. Mengabulkan apa yang bahkan tak pernah sanggup ia impikan. Menjaganya utuh. Mencintainya tulus. Bahkan hingga mampu membuatnya lupa jika ada jarak usia yang terlampau begitu jauh di antara keduanya.

Semakin lama Hylan semakin sadar bahwasanya kebutuhan keduanya tidak hanya pada urusan ranjang saja ataupun membuat Askara kepalang murka terhadap hubungan keduanya. Melainkan sudah sampai melibatkan mental, batin dan perasaan satu sama lain.

Hylan kalah. Ia adalah pecundang dalam permainannya sendiri. Ia jatuh cinta pada sosok Benjamin Sagiardi.

“Saya udah nggak marah kok” Giar membalas pelukan Hylan sama eratnya seraya ia bubuhkan beberapa kecupan sayang di dahi Hylan.

“Itu … Ayah masih bilang - saya!” Hylan merengek kesal bahkan ia mengigit dada bidang Giar begitu keras. Giar meringis kesakitan jelas namun ia juga tengah terkekeh geli sekarang mengamati tingkah Hylan yang tidak seperti biasanya kali ini.

“Maaf. Maaf. Ayah minta maaf ya”. Hylan semakin tenggelam dalam dekapan hangat Giar pun ia juga menangis sejadi-jadinya.

Bagaimana bisa Giar yang meminta maaf? Sedangkan posisinya Hylan lah yang tengah bersalah saat ini.

“Udah nangisnya ya. Nanti matanya bengkak sayang …” Giar berusaha melepaskan pelukan erat meraka. Jujur ia sangat rindu menatap wajah sang empu. Namun sepertinya Hylan masih mau memeluknya lebih lama lagi.

“Ayah …” Cicit Hylan begitu merdu.

“Iya sayang?” Sahut Giar dengan penuh perhatian.

“Hylan nakal …” Ia berusaha keras untuk berucap. “Hylan harus dihukum, Ayah …” Kali ini bukan hanya kekehan kecil. Giar langsung tertawa lepas mendengar Hylan berujar lirih seraya sesegukan.

“Aaa jangan ketawa!”

“Iya. Iya Hylan nakal banget. Jadi nggak mau kasih tau Ayah yang sebenarnya. Heum?”

“Mau … tapi nanti aja, pas Ayah udah masukin Hylan ya tanyanya. Kan Hylan harus di hukum?” Ucapannya begitu liar maknanya. Begitu berbeda dengan cara pengucapannya yang masih diselingi sesegukan kecil dengan netra bayi rusa nya yang masih penuh embun.

“Iya. Tapi ini di lepas dulu, Ayah mau cium kamu”. Hylan menurut. Pelukan mereka langsung terpisah namun tidak terlalu jauh jarak keduanya. Bahkan aroma tubuh satu sama lain masih sanggup keduanya menikmati.

Wajah mungil Hylan langsung di tangkup sayang dengan kedua telapak tangan besar Giar. Sisa air matanya yang berjejak di pipi gembil nya di hapus menggunakan jari jempolnya dengan pergerakan yang terlampau lembut.

Lantas berawal dari kedua kelopak mata Hylan yang memejam. Dari kanan berpindah ke kiri Giar kecup lama. Naik ke dahinya ia kecup sekilas. Lalu turun kembali kecup kedua pipi gembil nya yang kini merona berulang kali. Berpindah ke hidung bangir Hylan. Kemudian berakhir di kecupnya lama pada ranum sang ayu yang begitu dirindukannya.

“Ayah! Cium yang enak!” Hylan protes karena Giar hanya mengecup bibirnya.

“Iya sayang, iya. Sini, coba buka mulutnya” Hylan lagi-lagi menurut. Lantas kepatuhannya itu jelas harus Giar beri hadiah bukan?

Celah bibir ranumnya yang terbuka langsung diselusupi lidah hangat dan panjang Giar. Yang langsung bergerak membelit lidahnya dengan gemas. Bibir ranumnya langsung dikecup panjang sebelum kemudian lidahnya ia tarik keluar dan bibir bagian bawah Hylan langsung ia lumat dengan penuh perasaan.

Tidak seperti di awal-awal melakukan permainan ranjang. Kini tangan Hylan sudah lebih berani untuk bergerilya tanpa perintah. Sentuh seluruh bagian tubuh Giar yang bertuankan dirinya seorang.

Dirabanya sepenuh hati. Dirasakannya penuh kefasihan, pada setiap jengkal yang begitu kekar dan penuh otot dari tubuh sang empu. Saat Giar terlalu sibuk meremas kedua pinggang mungilnya seraya melumat ranumnya dengan serakah.

Entah dari Giar atau Hylan. Desahan-desahan kecil itu pun mulai mengudara beriringan dengan suara erangan yang tertahan pun suara kecapan basah yang ikut serta meramaikan suara cabul yang mereka buat hingga menambah riuh suara intim yang menaikkan libido mereka. Apalagi semakin lama kian semakin beruntun terdengar dan enggan surut sama sekali. Keduanya terlalu sibuk saling menikmati tubuh satu sama lain dengan penuh perasaan.

Penyatuan ranum keduanya semakin intim dan berubah menjadi liar hingga entah bagaimana mulanya, kini keduanya telah terlanjang bulat satu sama lain diatas ranjang dengan posisi Hylan yang dikukung sepenuhnya oleh tubuh kekar Giar.

Ciuman mereka masih berlanjut. Dengan tangan Hylan yang kini sudah berkalung kukuh di leher Giar.

Merasa sudah terlalu lama berciuman tangan kiri Giar pun kini mulai tinggalkan tumpuannya. Lantas dengan cara yang perlahan-lahan mulai bergerak sepenuh hati membelai seluruh tubuh Hylan dengan penuh afeksi.

Dari area wajah turun ke leher. Merambat ke dada yang ia remas-remas sekilas pada gundukan berisinya. Lantang semakin turun membelai perut rata — tidak lagi. Sayangnya perut Hylan terasa lebih keras dan berisi kali ini.

Walaupun sedikit keheranan namun Giar tetap mencumbui ranum Hylan dan lanjut membelai tubuhnya yang mana kini telapak tangannya telah berada di area pubis dan semakin turun membelai lembut area vagina Hylan.

“Eunghh!” Cubuan mereka terlepas. Bibir Giar pun memeta di leher Hylan. Sang empunya tubuh terus melenguh seraya berusaha bergerak kecil membuka kakinya yang terhimpit kedua kaki Giar yang bertumpu dengan lututnya itu.

Sambil tinggalkan jejak cinta di leher pundak dan dada Hylan. Giar mencoba membebaskan kaki Hylan yang sebelumnya ia himpit. Kaki sang ayu kini naik ke samping tubuhnya. Hylan resmi mengangkang lebar untuk Giar.

“Eshhh sakit!” Rambut Giar langsung Hylan Jambak saat dadanya yang akhir-akhir ini terasa sangat sensitif di sedot dengan kuat oleh Giar.

Dalam hatinya Giar merapalkan kata maaf. Sebab bibirnya masih sibuk menyusu di dada berisi Hylan yang lama kelamaan mulai mengeluarkan cairan yang terasa hambar namun sedikit amis juga.

Giar masa bodoh saja. Ia terus menyusu bahkan semakin rakus hingga Hylan mulai merintih dan mengeluh. Namun tak terlalu lama sebab jemari tangan kiri Giar bekerja begitu baik di bawah sana. Membelai vaginanya dengan punggung tangannya yang kasar sebab vein nya yang begitu menonjol. Lalu mengusap-usap darah pubisnya yang mulus dengan posisi jari jempolnya yang kini menggusak-gusak klitorisnya.

Desahan dan rintih Hylan begitu fasih mengudara. Begitu sexy dan menggoda. Giar begitu baik menyuguhi tubuhnya akan kenikmatan duniawi.

Meskipun jari-jarinya sibuk mempermainkan klitoris Hylan namun Giar begitu baik menyusu di dada Hylan yang membengkak dan terasa sedikit keras di dalam gundukannya. Dari sisi kanan ke kiri ia terus menyusu bak seorang bayi yang tengah kelaparan begitu rakus dan kecanduan. Padahal cairan yang keluar dari dada Hylan tak berubah rasa.

“Pelan-pelan!” Hylan memberikan peringatan saat salah satu jari Giar mulai memasuki liang senggamanya. Hanya satu jari tengahnya saja padahal tapi Hylan merasa begitu kesakitan kali ini entah mengapa. Padahal predikat Virgin tak lagi ia sandang.

Tangan Hylan berpindah ke pundak Giar mencengkram nya kuat di sana dan sedikit mendorong tubuh sang empu saat dadanya semakin nyeri dan liang vaginanya mulai di rojok pelan dengan satu jari Giar saja.

Giar terus menyusu dan mengeluar masukkan jarinya dalam liang vagina Hylan yang sebenarnya sudah sangat basah itu. Tidak ada pikiran apapun yang mengacaukannya. Ia rasa mungkin sebab Hylan sudah lama tidak berhubungan badan maka liangnya vagina nya pun kembali rapat pikirnya.

Saat desahan Hylan kembali terdengar begitu merdu Giar bangkit dari posisinya usai menambahkan dua jari sekaligus dalam liang vagina Hylan.

Giar duduk di hadapan kaki Hylan yang mengangkang lebar di hadapannya. Jarinya terus berusaha memberikan stimulasi pada liang vagina Hylan seraya satu tangannya yang bebas mulai mengocok kejantanannya sendiri.

“Yah … masukin yah. Gak kuat please mau ayah penuhi Hylan-hhh” Tangan Hylan mencengkram sprei di kedua sisi kepalanya. Wajahnya yang merona kini semakin terlihat sayu sebab telah kuyup keringat. Bibir bagian bawahnya sedikit terluka mungkin efek ciuman kasar Giar sebelumnya.

“Jelasin dulu sayang. Kenapa kamu bisa ada di hotel?” Giar berusaha menggoda Hylan. seperti pinta sang empu sebelumnya.

“Engh-hhh masukin dulu please. Perut ahh perut Hylan kram please masukin dulu-hhh Ayah-hhh” Kepala Hylan menggeleng gelisah. Ia merengek minta di penuhi saat itu juga.

Tubuh Hylan berjengit saat telapak tangan besar Giar menampar vaginanya namun tidak terlalu keras. Tapi berhasil hadirkan suara tepukan yang cukup cabul. Becek sekali sebab liang vagina Hylan telah mengeluarkan cairan alaminya.

Seraya menatap penuh afeksi wajah needy Hylan Giar mencoba memasukkan ujung kejantanan sekilas-sekilas. Hanya celap-celup saja. Hingga Hylan lagi-lagi merengek kesal. Giar sendiri malah terkekeh. Ia semakin semangat ingin menggoda yang lebih muda.

“Ayah … Hylan putus lagi sama Askara-hhh AH FUCK!” Giar langsung mengukung tubuh Hylan kembali seraya menyentakkan pinggulnya sekali namun cukup kuat. Hingga hampir seluruh kejantanannya di telan liang senggama Hylan.

“Lanjutin” Giar sempatkan untuk mengecup bibir ranum Hylan yang sempat mengumpat itu. Kemudian ia bawa pinggulnya bergerak maju mundur dengan pelan. Namun gerakannya begitu intens dan mampu kenai titik-titik yang begitu Hylan gemari.

“Eng-hhh tadi tuh sebenernya Hylan ke sana abis-hhh ahh pergokin dia fuck!” Ranum Hylan lagi-lagi Giar kecup. “Enghh dia selingkuh. Abis nginep di hotel itu sama cowok baru dia-hhh enghh. Ayah-hhh enak lagi-hhh” Lagi-lagi sentakan kuat dan dalam Giar berikan saat Hylan pinta agar mulut rahimnya di kecup mesrah oleh kejantanan Giar.

“Hylan sempet balikan enghhh cepetin!” Giar menaikkan tempo rojokan kejantanannya dalam liang vagina Hylan. “Hylan balikan sama Askara tiga bulan lalu enghhh. Tapi putus lagih-hhh ahh dia selingkuh lagi yahh fuck!” Lagi-lagi ranum Hylan di kecup. Giar kan melakukannya setiap kali sang empu mengumpat mulai hari ini.

Dengan susah payah. Bertarung dengan desahannya Hylan terus menjelaskan kejadian sebenarnya seraya menikmati tiap inci batang penis Giar yang begitu panjang. Tebal. Kaku dan penuh vein yang menonjol. Yang terus keluar masuk merojiki liang vaginanya yang tersumbat penuh olehnya.

Hylan tidak dengan sengaja memiliki janji temu dengan Askara di hotel itu. Melainkan ia tengah mencoba untuk memergoki mantan kekasihnya yang sempat mengajak nya balikan tersebut. Yang nyatanya kembali berulah dan meniduri kekasih barunya yang bukan lagi Hylan. Meskipun sempat terlibat cekcok kekasih Askara yang terlanjur malu akhirnya menarik Askara untuk pergi dari sana.

Sedangkan Hylan yang sedang kelelahan tanpa sadar tertidur di atas ranjang bekas percintaan mantan kekasihnya itu. Hanya satu setengah jam ia terlelap. Dan tiga puluh menit selanjutnya ia pergunakan untuk mengumpulkan nyawanya. Namun sialnya tak lama kemudian Giar datang dengan bara api yang berkobar di sekitar tubuhnya.

Beruntungnya Giar tak lepas kendali dan berujung bertengkar dengan Hylan karena salah paham dan misinformasi dari ajudannya itu.

“Ayah gak marah lagi kan? ENGHHH!” Tubuh Hylan langsung Giar bawa kedalam gendongannya seperti koala. Hingga batang penisnya langsung melesak masuk dan menusuk Hylan lebih dalam lagi.

Lantas dengan susah payah Giar berusaha turun dari ranjang. Membawa serta Hylan yang ada di gendongannya. Pada setiap langkah kakinya ia berusaha membawa tubuh Hylan naik turun.

Giar melangkah menuju balkon sambil terus merojokkan batang penisnya kedalam liang senggama Hylan.

Desahan keras Hylan beradu riuh dengan suara penyatuan kelamin mereka yang terdengar begitu cabul.

Semakin kuat dan cepat hentakan Giar maka Hylan akan semakin dalam menancapkan kuku-kuku jari tangannya di pundak Giar.

Saat kaki Giar menapaki area balkon udara dingin langsung menerpa tubuh telanjang keduanya. Tubuh Hylan langsung sedikit bergidik kedinginan.

Penyatuan mereka masih berlanjut di tambah dengan penyatuan bibir mereka yang kembali saling memagut mesrah. Hylan tidak ingat bahwa kawasan yang kini keduanya singgahi adalah ruang terbuka. Ia terlalu sibuk menikmati perkawinan kelamin mereka.

Merasa lengannya sedikit kebas Giar melepaskan pangutan bibir mereka. Lantas menurunkan Hylan dari gendongannya.

“Enghh yah … ini ahh di luar. Please masuk-hhh ajah ya-hhh?” Hyalan sedikit kesulitan berbicara. Walaupun penyatuan kelamin mereka telah terlepas namun Giar kini kembali mencumbui leher dan pundaknya. Lalu mentitah nya untuk berbalik badan.

“Nikmati aja sayang essshhhh paling cuma ada penjaga vila aja di sini. Aman kok” Jelas Giar seraya menuntut Hylan agar salah satu kakinya naik ke pagar pembatas balkon.

“Yah?” Giar tidak menjawab. Satu tangannya kini tengah memeluk tubuh ringkih Hylan dan satu tangannya yang lain berusaha mengocok kejantanannya lebih dulu sebelum kembali ia arahkan untuk kembali menelusup melesat jauh ke dalam liang senggama Hylan.

“Shhhh ahhhh …” Kedua tangan Hylan mencengkram lengan kiri Giar yang memeluk dadanya. Kepalanya mendongak tinggi sampai bersandar di dada bidang Giar.

Giar menggeram rendah. Tangannya kini mencengkram pinggang Hylan agar tak lari kemana pun saat pinggulnya ia bawa maju dan kelamin mereka pun kembali bersatu. Yang semakin lama hadirkan lolongan panjang dari keduanya. Saat batang penis Giar melesat begitu dalam memenuhi liang senggama Hylan yang langsung berkedut-kedut hingga terasa tengah meremas-remas batang kejantanan Giar.

Seraya menikmati penyatuan mereka kembali pundak dan leher Hylan dikecup kembali. Hylan menggeliat sedikit tidak nyaman. Liangnya begitu gatal minta di rojok lagi. Sampai dengan nekat ia berusaha memaju mundurkan pinggulnya sebelum Giar bertindak.

“Shhh kamu makin nakal Hylan” Tutur Giar seraya sedikit menggeram saat batang penisnya keluar masuk perlahan dari liang vagina Hylan. Sebab sang empu mulai semakin riskan memaju mundurkan pinggulnya.

“Enghhh gatel. Ayah memek Hylan-”

“Shit!” Setelahnya hanya ada suara desahan cabul dan penyatuan basah yang begitu intim dari kelamin keduanya yang melakukan perkawinan.

Tangan Giar yang ada di dada Hylan mulai meremas-remas nya kencang sampai air yang keluar dari dada Hylan mulai mengalir deras. Tangannya yang lain menelusup ke kaki kanan Hylan yang sebelumnya ia naikkan ke pagar pembatas. Tubuh Hylan kini sepenuhnya bersandar pada Giar.

Pinggul Giar bergerak begitu liar memainkan temponya. Maju mundur pelan yang intens kadang kuat yang begitu dalam. Lalu semakin bertambah naik temponya jadi cepat hingga tak beraturan.

Hylan hanya sanggup mendesah keenakan sambil sedikit meringis karena dadanya terasa nyeri. Begitupun liangnya. Saat Giar begitu cepat merojikkan batang penisnya kedalam liang senggamanya.

Tubuh Hylan semakin lemas. Desahannya semakin melemah. Tubuhnya semakin sensitif. Kenikmatan begitu baik ia dapatkan. Begitupun Giar. Usai tiga bulan tidak bertemu sang kekasih hati. Menahan rindu dan hasrat birahi. Akhirnya hari ini keperkasaannya dapatkan baju zirah nya kembali untuk melakukan pertempuran.

Hentakan pinggul Giar semakin liar bahkan kelewatan kasar. Hylan sampai menjerit saat perutnya sedikit nyeri. Tubuhnya merosot lemas. Ia hanya bisa mengandalkan tangan Giar yang mendekapnya sebagai tumpuan. Dadanya begitu nyeri. Liangnya telah berkedut-kedut kuat. Dan perut bagian bawahnya semakin kebas.

Giar juga sudah dekat dengan pelepasannya. Batang penisnya terasa membengkak. Lubang uretra nya semakin gatal. Testisnya bahkan kini mulai mengkerut.

Penyatuan kelamin mereka terus berlanjut dengan sentakan dan rojokan yang abstrak. Penis Giar dengan tangguh terus merojiki liang vagina Hylan yang kini semakin menyempit.

Desahan panjang keduanya semakin bernada. Pelepasan keduanya berada di ujung tanduk.

“Eshhh Hylan … ahhh Hylan … enghhh!”

“Sagi … ahhh Sagi … lagihh cepetin ahh fuck!”

Gila terus memacu temponya semakin cepat dan kuat sampai suara penyatuan mereka begitu nyaring terdengar. Badan Hylan telah lemas sepenuhnya. Dengan sisa tenaga yang ada ia berusaha menahan pelepasannya menanti Giar agar keduanya bisa dapatkan puncaknya bersama-sama.

“Ahhh FUCKK!” Hylan tidak sanggup nyatanya. “HYLAN-HHH AHH!” Namun tak lama setelahnya Giar langsung menyentakkan pinggulnya kuat-kuat. Membenamkan seluruh batang penisnya dalam-dalam pada liang vagina Hylan yang terus mencengkramnya kuat. Hingga tiada celana bagi cairan pelepasan mereka untuk keluar dari tubuh Hylan.

”Enghh … ah! Sakit! Arghh!” Tak selesai benarkan pernafasan keduanya Hylan langsung mendesah kesakitan. Giar yang panik langsung melepaskan penyatuan mereka. Ia menggendong Hylan gaya bridal lalu membaringkannya di ranjang kembali.

“Sayang. Mana yang sakit? Sayang kamu masih sadar kan?” Giar jelas panik luar biasa. Ia takut sudah terlalu kasar pada Hylan nya.

“Shhhh kayaknya kram doang kok. Aku gak papa” Ujar Hylan. Namun raut wajahnya masih siratkan rasa kesakitan.

“Yaudah kalo gitu kamu istirahat ya. Biar aku yang bersihin badan kamu”

Ada banyak obrolan yang belum keduanya mulai namun Hylan yang benar-benar merasa kesakitan pilih menurut saja. Masih ada banyak waktu setelah ini untuk keduanya kambali untuk membangun percakapan. Jadi biarlah kali ini Hylan istirahatkan tubuhnya saja.

--

--

pshaconne
pshaconne

Written by pshaconne

love yourself or let me loving you better than anyone.

No responses yet