Sambungan telepon sudah tersambung antara Heeseung dan Jay.
Heeseung pun sudah tidur terlentang di atas kasurnya dengan kedua kakinya yang menekuk dan terbuka lebar. Ia mengangkang lebar seraya membelai area vaginanya dengan tangan kanannya, sambil menanti Jay yang tengah grusah grusuh menanggalkan pakaiannya si seberang sana.
“Eshhhh udah belum?” Celetuk Heeseung seraya membelai klitorisnya naik turun dengan gerakan yang teratur pada tempo yang lembut.
Di seberang sana Jay tengah berdiri di depan wastafel kamar mandi di kamarnya. Dengan keadaan shirtless namun belum sepenuhnya telanjang sebab celana dalamnya ia biarkan menggantung utuh di kedua pahanya begitu saja.
Dengan nafas yang semakin memburu. Jay mencoba menetralkan detak jantungnya. Menghadap ke kaca wastafel dengan perasaan yang semakin campur aduk rasanya.
Ia begitu gugup. Sebab ini kali pertama baginya. Namun suara rengek manja dari Heeseung di seberang sana pada akhirnya kembali menarik perhatiannya sampai kejantanannya perlahan-lahan mulai berkedut-kedut hendak bangkit dari tidurnya.
“Sudah …” Sahut Jay sedikit tergugup. Sedetik kemudian Jay langsung menggenggam batang penisnya dan mulai mencoba mengurutnya perlahan-lahan sebab batang kejantanannya itu kian menjadi kaku kala Heeseung mulai semakin riskan mendesah untuknya seraya merapalkan namanya dalam vokal merdu gumaman lirih eluhan kenikmatannya.
“Ahhh Jay-hhh touch my pussy-hhh” Rancu Heeseung seraya terus membelai klitorisnya naik turun namun kali ini semakin cepat temponya.
Jay memejamkan matanya memfokuskan dirinya hanya pada Heeseung seorang. Seraya menikmati suara desahan Heeseung ia terus mengocok kejantanannya yang mulanya lambat laun hingga menjadi sedikit lebih cepat.
“Eshhh Heeseung-hhh ahhh cantik fuck you really so pretty. Emhhh your pussy too argg fuck you! I wanna fucking you right now-hhh” Kepala Jay mendongak ke atas dengan kelopak matanya yang mulai menutup.
Imajinasi liarnya mulai bekerja. Jay kini tengah membayangkan tubuh ringkih Heeseung yang telanjang bulat dan tengah mengangkang lebar untuknya di atas kasur dengan sengaja mempertontonkan rekahan liang vaginanya yang sangat indah itu.
“Emhhh” Tangan Jay terus bekerja mengocok kejantanannya di iringi syahdu desahan Heeseung yang begitu riuh terdengar.
“Emhh-yeahhh ahh Jay emhhh fuck me. Fuck me harder emhh make me unable to feel my legs tomorrow-hhh please … please-hhh ah yeah” Heeseung juga turut memejamkan matanya kini. Kepalanya juga mulai sedikit mendongak. Tangan kanannya menjalar sensual membelai liang vaginanya yang kian berkedut-kedut seraya berandai-andai seperti apakah kejantanan Jay pada wujud sebenarnya.
“Eum-hhh” Jari-jari tangan Heeseung bergerak memutar di antara liang vagina yang menganga dan mulai becek. Cairan alaminya yang mengalir keluar langsung ia ratakan ke seluruh sisi vaginanya seraya terus mendesah manja untuk membuat sang empu yang berada di seberang sana semakin terangsang dan kesenangan sebab ulahnya.
Dan benar saja Jay semakin mempercepat kocokan tangannya pada batang penisnya kala desahan Heeseung semakin menjadi-jadi. “Fuck suara mu ahhh Heeseung-hhh Heeseung emhhh fuck. I really wanna fuck you roughly-hhh” Dengan gerakan cepat ia menjauhkan ponselnya dari telinganya. Jari-jari tangannya dengan terampil bergerak mengubah suara pada panggilan telepon itu menjadi lebih lantang. Jari jempolnya menyentuh tanda speaker. Setelahnya ia kembali membuka ruang obrolan mereka tadi yang masih terdapat foto-foto cantik liang vagina Heeseung yang begitu mulus dan menggoda.
Jay semakin sering mengerang. Heeseung semakin lihat bergumam desah.
“Aahh Jay-hhh …” Jari-jari mungil Heeseung kini telah menginvasi, menelusup masuk ke dalam liang vaginanya. Heeseung mendesis lirih saat dua jarinya di dalam liang senggamanya mulai ia tambah satu lagi. Sehingga ada tiga jari yang kini mulai memenuhi liangnya.
Heeseung terus mendesah semakin kesenangan saat geraman Jay semakin jelas di rungu nya. Dengan spontan ia melakukan hal yang sama dengan yang Jay lakukan sebelumnya. Ia mengubah suara panggilan menjadi speaker lantas meletakkannya di sisi kiri bantal masih di dekat telinganya.
Tangan kirinya yang bebas langsung bergerilya meraba-raba dadanya yang lumayan berisi. Meremas-remas nya dengan sensual sebelum kemudian jari telunjuk dan jari jempolnya mulai bekerja untuk memilin nipple bagian kirinya yang sudah mengeras. Ia benar-benar terangsang saat ini.
Pada kerja kedua tangannya yang sibuk mempermainkan liang vagina dan puncak dadanya Heeseung tidak sedetikpun menjeda suara desahannya. Ia terus meraung-raung menyerukan nama Jay seraya merengek manja tentang nikmatnya permainan yang mereka lakukan saat ini. Seolah-olah Jay lah yang tengah memanjakan tubuhnya saat ini.
“Shake your pussy hole faster Hee, shit aku mau dengar suaranya lebih jelas!” Jay mengigit bibir bagian bawahnya setelahnya, saat suara becek permainan Heeseung mulai terdengar sampai ke runtuhnya sesuai inginnya.
Heeseung yang menurut. Mengocokkan ketiga jarinya pada liang vagina jari semakin cepat lagi. Desahannya semakin riuh mengadu nikmat. Nama Jay tak pernah terlupakan barang sedikitpun untuk ia gumamkan.
Jay juga mengocok batang penisnya semakin cepat kala mendengar suara becek yang beriringan dengan desahan Heeseung yang semakin menjadi-jadi. Jay spontan menggeram semakin rendah saat kejantanannya terasa benar-benar kaku sekarang. Bahkan cairan precumnya sudah mengalir dengan deras.
“Eshhh Heeseung-hhh fuck!” Jay menghentikan kocokan tangannya pada batang penisnya. Tangannya bergerak menjalar ke arah kepala kejantanannya. Jari jempolnya membuat polah melingkar di antara lubang uretra nya. Seraya menikmati rengekan Heeseung dan bunyi permainan jari sang empu pada alat vitalnya Jay terus meremas-remas kepala kejantanannya seraya mencoba meratakan cairan precumnya sampai membaluri batang kejantanannya. Agar kocokan tangannya bisa lebih mudah.
“Enghh-hh Jay!” Heeseung memekik di seberang sana saat jarinya ia tekan agar lebih masuk lagi. Susah payah ia cari titik manisnya di dalam sana. Namun sialnya tak sanggup digapainya. Heeseung berpasrah saja lubangnya sudah terasa sedikit perih sebab ia terlalu memaksa ketiga jarinya agar masuk lebih dalam. Jadi kini ia kembali terfokus untuk dapatkan kenikmatannya hanya dari permainan jarinya pada klitorisnya saja.
“Emhhhh …” Desahan merdu Heeseung kembali bersahutan dengan suara geraman Jay di seberang sana. Mata Heeseung kembali terpejam menikmati permainan jarinya sendiri seraya meresapi suara jantan Jay yang membuatnya semakin birahi.
Heeseung tarik jari-jarinya dari liang vaginanya. Jari tengah dan jari manisnya ia buat menyatu sejajar lalu ia letakkan kembali di atas klitoris nya yang memerah. Dengan gerakan lambat laun di awal ia mulai menggesekkan jari-jari nya itu dengan teratur di sana.
“Ang-hhh Jay ….” Pinggulnya sesekali akan naik seolah-olah tengah menyentak di sana agar dapat menambah kesan jika vaginanya tersengat aliran menyenangkan.
“Emm-hhhh …” Jari-jari Heeseung bergerak sedikit lebih cepat begitupun juga dengan pinggulnya yang menyentak-nyentak naik. Klitorisnya terasa semakin kaku. Dan pergerakannya asalnya itu sesekali buat liang senggamanya mulai di sapa main-main oleh ujung jari-jarinya. Heeseung terus melakukannya secara teratur. Dengan tangan kirinya yang kini telah berpindah memilin dada bagian kanannya agar seimbang rasanya.
Jay di seberang sana sudah kembali mengocok batang kejantanannya. Gerakannya kali ini lebih mudah sebab adanya bantuan dari cairan precumnya. Jari jempolnya yang berada di ponselnya bergerak teratur mengusap-usap tampilan vagina Heeseung dari gambar yang sang empu kirimkan. Jay mendadak tenggak liurnya susah payah sebab kini ia merasa semakin terangsang.
“Jay-hhhh ahhh jayy close-hhh please faster”. Jay mempercepat pergerakan tangannya di batang penisnya. Ia menggeram rendah semakin menjadi-jadi saat Heeseung semakin manja merengek kepadanya.
Kedua paha Jay menjadi kaku. Pantatnya juga terasa sama bahkan otot-otot kakinya semakin timbul. Tangannya dengan cekatan terus mengocok batang penisnya dengan cepat. Seraya menikmati desahan Heeseung yang kian terdengar semakin berantakan.
Di seberang sana Heeseung juga mulai mempercepat kocokan jarinya di atas klitorisnya. Desahannya semakin menjadi-jadi, semakin lantang dan tak karuan. Tangan kiri Heeseung meninggalkan puting susunya. Ia mencoba memasukkan tiga jarinya kedalam mulutnya. Lidahnya langsung bergelut dengan jarinya. Pinggulnya tak lagi bergerak namun kedua jari nya semakin asal dan cepat bergerak menggusak klitorisnya.
Heeseung memejamkan matanya erat-erat seraya merengek kian tak karuan. Perutnya kini mengempis dengan kedua paha kakinya yang mulai mengencangkan otot-ototnya. Jari-jari kakinya menekuk kedalam. Liang vaginanya semakin berkedut-kedut tak karuan.
“Enghhh Jay-hhh ahhhcm cum-hhh cum-hhh” Heeseung menjerit tertahan saat pelepasannya sudah berada di ujung.
Jay sendiri juga merasakan hal yang smaa. Pelepasannya juga akan segera tiba. “Ahhh yeahhh ahhh fuck Heeseung-hhh emhhh” Kocokan tangannya semakin tak beraturan semakin cepat dan berantakan temponya. Cairan precum nya kembali menetes. Jay sudah berada di ujung klimaksnya.
“Ahhh Jay! Jay! Jay! Ahhh fuckk!” Heeseung menjerit sampai melengking suaranya. Jari-jari tangannya langsung ia hisap kuat saat klitorisnya merasakan kegelian luar biasa sampai perut bagian bawahnya terasa semakin kebas.
Kocokan jari Heeseung benar-benar berantakan. Semakin cepat. Cepat dan tak terkendali lagi. Hingga pada akhirnya pelepasnya pun tiba “Enghhh …. EMHH JAY AHH … ENG-HHH!” Kedua kaki Heeseung bergerak gelisah. Namun susah payah ia terus membuka kakinya kembali. Gerakan tangannya tak berhenti walaupun cairan putihnya sudah mengairi rahimnya.
Jay di tempatnya sudah sangat kelimpungan sendiri hanya dengan menatap foto vagina Heeseung saja, seraya menikmati rancu desah frustasi Heeseung di seberang sana yang diiringi suara-suara becek yang begitu cabul namun sangat menggairahkan untuknya. “Tahan-hhh aku-hhh fuck aku cum-hh emhhh!”
Suara Jay di seberang sana sangat berat dan membuat Heeseung semakin tak kuasa. Ia membayangkan betapa tampan dan sexy nya Jay, jika seandainya sang empu saat ini tengah berada di atasnya. Menggagahinya sepenuhnya. Menyentak-nyentakkan pinggulnya dengan kasar merojoki liang vagina beceknya serantangan dengan batang penis besarnya yang terus menelusup masuk kedalam liang vaginanya. Mengawini vaginanya tanpa ampunan.
“AAAA FUCKHHH AHHH JAY!” Heeseung menjerit saat cairan urinenya keluar begitu deras kala ia sibuk membayangkan persetubuhannya dengan Jay. Dengan kedua jarinya yang terus mengocok klitorisnya tanpa ampun.
“Emhhh. Heeseung ahh fuck …” Jay turut menggeram di seberang sana. Pantatnya mengencangkan kuat dan tubuhnya yang mulai bergetar kecil, saat batang penisnya yang sangat kaku itu pada akhirnya menyemburkan muatannya di wastafel di iringi suara rengek frustasi Heeseung yang tengah squirting di seberang sana.
“Ahh … fuck-hhh emhh …” Nafas Jay kian tersengal-sengal.
“Heeseung?” Jay tidak mau turun on lagi, jadi ia hendak segera mengakhiri panggilan telepon mereka jadi ia mulai berpamitan pada sang empu yang berada diseberang sana.
“Istirahat. Besok kita kencan. Selamat malam” Pamitnya. Heeseung hanya menjawabnya dengan rengekan dari seberang sana. Lantas panggilan mereka pun terputus.
“Gila …” Monolog Jay melihat kekacauan yang baru saja terjadi.