Hikam masih sempat terlelap selama hampir tiga jam lamanya. Namun ia harus segera terjaga sebab Diana telah menelepon nya berulang kali.
Tubuhnya masih lemas sekali tapi tetap ia paksa bangkit dan segera mandi. Lantas usai mengenakan kembali seluruh pakaiannya dan berbenah penampilan Hikam pun langsung turun kembali ke lantai dasar tanpa semangat sama sekali. Sungguh tubuhnya masih sangat lelah. Ia butuh istirahat lebih sebenarnya.
“Cepet mas yayan sudah nunggu kamu di parkiran” Ujar Diana yang membuat Hikam langsung menghela nafas panjang.
Dengan berat hati Hikam kembali mencoba untuk tersenyum ramah dan hangat seraya berusaha berjalan dengan benar walaupun kedua kakinya masih terasa kebas.
“Hay cantik” Sapa seorang pria tampan yang Hikam yakini adalah sosok Mas Yayan.
“Kita makan siang dulu ya walaupun yah udah sore. Aku tau kamu belum makan pasti” Tutur sang tuan yang memberi kelegaan di hati sang jelita. Setidaknya ada jeda lebih lama lagi untuk ia mengistirahatkan tubuhnya setelah ini.
“Boleh mas. Mau makan siang apa?” Seraya memasang sabuk pengaman di tubuhnya Hikam menyahuti ucapan Yayan dengan begitu lembut.
“Lagi pengen ramen. Ke restoran jepang mau?” Sosok Yayan tampak begitu bersahabat jika digambarkan ia mirip dengan Jevano akan tetapi sosok Yayan jauh lebih cerah lagi darinya.
“Mau aja sih aku, asal sama mas yayan aja” Rayu Hikam seolah tak mengapa melakukan hal apa saja asal bersama sang tuan.
“Manis nya” Puji sang tuan yang buat Hikam tersenyum manis dengan tulus kali ini
Selepas makan siang bersama yang juga berhasil menumbuhkan chemistry di antara keduanya Hikam langsung dibawa ke apartemen pribadi sang tuan.
Disana keduanya tidak langsung melakukan aktivitas ranjang. Yayan seolah paham jika Hikam sedikit kelelahan ia bahkan rela meminta tambah waktu lagi pada Diana hanya agar Hikam bisa beristirahat lebih lama terlebih dahulu.
Sekitar pukul enam sore Hikam terjaga dari tidur lelapnya. Tubuhnya sudah merasa lebih baik apalagi usai ia mandi air dingin. Selesai dengan itu Hikam langsung berjalan keluar dari kamar tamu dan tanpa perlu permisi lagi ia langsung masuk kedalam kamar sang tuan yang telah memberikan izin kepadanya sebelum ia terlelap tidur tadi.
Sesampainya Hikam di sana ia langsung duduk di ranjang utama menanti tuannya yang tampaknya masih mandi tersebut.
“Sudah bangun ternyata” Sapa Yayan begitu ramah. Ia keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk yang menutupi pinggang nya. Serta handuk lainnya yang ia gunakan untuk mengeringkan rambutnya.
“Sini aku bantu” Dengan cekatan Hikam bangkit dari posisinya. Ia ambil alih handuk yang Yayan pegang. Dengan telaten ia mengeringkan rambut sang empu yang kini tengah sibuk menatapnya dengan senyuman yang sangat hangat.
“Istriku laki-laki karir. Dia sibuk banget, padahal aku masih sanggup nafkahi dia. Bahkan lebih malahan” Ujar sang tuan yang membuat Hikam sedikit terperangah. Lagi-lagi tuan nya memberikannya sebuah alasan seolah pilihan untuk menyewa jasanya adalah suatu keharusan sebab ada masalah dalam hubungan rumah tangga para lelaki yang menyewanya.
“Dia gak pernah ada waktu buat ngurusin aku” Raut wajah sang tuan berubah menjadi sendu. “Padahal kita udah mau sepuluh tahun nikah. Huh … bahkan sampe sekarang kita belum punya anak” Gerutu nya.
“Tapi mas cinta kan sama dia?” Sang tuan terlihat menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
“Gak papa mas. Coba lain kali mas ajak ngobrol. Terus mas minta sama dia dengan lembut buat kurangi aktifitas dia? Atau gak, ya mas suruh berhenti kerja aja”
“Aku … takut mau ngomongnya. Dia kerja di bidang yang sejak kuliah dia mau, aku gak tega nyuruh dia berhenti”
“Berarti mas belum pernah ngobrol sama istri mas, kalo mas mau dia ada di rumah dan ngurusin mas?” Lagi-lagi sang tuan menganggukkan kepalanya namun kali ini sedikit ragu-ragu.
Hikam tampak menghela nafas panjang sebelum kemudian tersenyum manis seraya menghentikan kegiatannya mengeringkan rambut sang tuan. “Mas … setidaknya kamu coba dulu. Hubungan suami-istri itu bakal lebih erat terjalin kalo kalian saling terbuka. Dan mau berkomunikasi. Kalo kaya gini kapan hubungan kalian bakal ada kemajuannya? Hubungan kalian ya bakalan terus stuck di sini aja tau mas, kalo kamu takut-takut terus”
“Mas …” Panggilan Hikam buat netra keduanya bertemu tatap. “Masih belum terlambat kok buat perbaiki semuanya. Kamu kepala keluarga di sini, jelas kamu yang harus lebih berani buat keputusan. Kalo kalian saling diem-dieman terus cuma sibuk sama karir masing-masing ya jelas gak akan ada kemajuan mas”
“Coba kamu lebih terbuka dan … ngalah? Kamu luangin waktu kamu buat dia. Sesekali coba kamu antar jemput atau ikut dia ke tempat kerjanya. Perhatikan dia, kasih perhatian yang mungkin belum pernah kamu kasih? Buat dia nyaman sama kamu. Buat dia sadar bahwa lelahnya itu bisa dibagi sama kamu. Biar dia gak ragu juga buat sampein keluh kesahnya sama kamu. Terus setelah itu coba kamu ajak bicara pake kepala dingin biar kalian sama-sama tau tujuan kalian kedepannya itu apa sebenarnya”
“Gitu ya?” Cicit Yayan yang membuat Hikam gemas hingga kakinya spontan berjinjit lalu curi satu kecupan di bibir tebal tuannya.
“Sayang …” Gerutu sang tuan kembali mengudara. Lantas tak lama kemudian ranum keduanya pun kembali bertemu namun kali ini lebih lekat.
Ranum sang jelita di lumat dan di sesap oleh sang tuan ia pun dengan senang hati membalasnya. Tangan keduanya saling merengkuh erat. Kaki-kaki mereka seolah menari-nari di atas lantai. Bergerak asal kesana-kemari sampai terhenti di dekat ranjang.
“Emh!” Hikam memekik kala tubuhnya jatuh terbanting di atas tubuh tuannya. Cumbuan ranum keduanya terus berlanjut. Tangan Hikam membelai wajah, leher dan dada bidang tuannya. Sedang telapak tangan besar sang tuan kini juga tengah sibuk gerayangi tubuh Hikam yang lagi-lagi hanya terbalut bathrobe.
Sang tuan membiarkan jelitanya itu mendominasi ciuman mereka sebab ia tengah sibuk menelanjangi tubuh Hikam. Tangannya lantas langsung bergerilya gerayangi seluruh bagian tubuh jelitanya yang sanggup ia sentuh. Meraba punggung naik turun sampai pantat nya. Lalu remas di sana sini yang hantarkan rasa kenikmatan dan kepuasan bagi keduanya. Seraya lidah keduanya terus sibuk membelit dan bertukar saliva.
Pagutan keduanya masih terus berlangsung bahkan saat sang tuan kini telah membalikkan posisi keduanya hingga tubuh ringkih Hikam berbaring di bawah kukungannya.
“Mas … ahh!” Ciuman keduanya terlepas. Tatapan keduanya bertemu lekat dengan jarak yang begitu dekat. Selama aksi saling memandangi wajah satu sama lain di bawah sana dua jari sang tuan telah bergerak naik turun menggelitik klitoris sang jelita. Hingga sang empunya mendesah rayu untuknya seolah memuji kerja jari sang tuan di bawah sana.
“Mas. Eshhh …” Hikam refleks memejamkan matanya dengan bilah bibir bagian bawahnya yang kini ia gigit kuat kala dua jari sang tuan mulai menelusup masuk ke dalam liangnya.
“Enak. Heum?” Tanya sang tuan begitu lembut seraya mengocok liang senggama Hikam dengan cepat.
“Iya … ahh mas emhh!” Tangan Hikam bergerilya meremas-remas pundak telanjang sang tuan kala kedutan liang senggamanya semakin kuat dan liang nya jadi semakin basah.
Ciuman keduanya kembali terjadi. Vagina Hikam tak lagi dipermainkan. Sang tuan membuka satu-satunya kain yang menutupi area privasi nya lantas ia kocok kejantanan sendiri seraya menjulurkan lidahnya yang langsung Hikam hisap berulang kali.
Lenguhan panjang Hikam mengudara. Ranumnya langsung sang tuan jilati dengan intim kala kejantanannya ia letakkan di atas belahan vagina Hikam yang merekah lantas mulai bergerak naik-turun bergesekan intens terus menerus sampai cairan vagina Hikam yang mengalir membaluri kejantanan tuannya.
Setelahnya sang tuan mengecup ranum Hikam cukup lama sebelum kemudian meminta izin kepadanya. “Aku masuk ya” Ujarnya seraya kembali tersenyum hangat. Hikam pun dengan ringan menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
Dengan pergerakan yang lembut sang tuan pun mulai menelusupkan kejantanannya kedalam liang senggama sang jelita. “Pelan … mas-hhh eshhh ah!”
Sang tuan mulai mempermainkan temponya menyentak walaupun hanya kepala kejantanannya yang menelusup masuk namun ia tetap bergerak begitu lembut seraya kembali melumat ranum Hikam yang seolah begitu membuatnya kecanduan.
Sang tuan yang kali ini benar-benar sangat berhati rupanya. Ia begitu baik memikirkan perasaan Hikam. Walaupun ia terus bergerak menyentak-nyentakkan kejantanannya ke dalam liang senggama sang jelita namun temponya sangat lembut. Dan entah mengapa, Hikam merasa lebih dihargai kali ini.
Pagutan bibir keduanya terlepas leher Hikam jadi sasaran selanjutnya sang tuan untuk mengecup di segala sisi dan menghisap kuat di beberapa titik hingga tanda-tanda percintaan itu timbul di leher jenjang sang jelita.
Detik waktu yang terus berlalu membuat Hikam tidak tahan merasakan gatal yang butuh sentuhan. Jadi secara spontan ia turut menggerakkan pinggulnya agar kejantanan sang tuan dapat masuk seluruhnya ke dalam liang senggamanya.
“Emhhh … sayang-hhh kalo gak sanggup jangan dipaksa” Ujar sang tuan yang langsung mengangkat kepalanya dari ceruk leher Hikam hingga netranya pun bertemu tetap dengan netra sang jelita.
“Shhh gak papa mas. Aku sanggup ahh! Lebih dalam lagi mas” Dengar pinta Hikam yang sepertinya sanggup terima seluruh kejantanannya. Sang tuan pun langsung bergerak lebih intens lagi dan menyentak lebih dalam.
Pinggul sang tuan kini bergerak maju-mundur lebih cepat dari sebelumnya. Kejantanannya terus merojiki liang senggama Hikam begitu dalam sampai merdu irama desahan sang jelita menjadi begitu riuh mengudara dari sebelumnya.
“Shh … mas!” Hikam memejamkan matanya beberapa kali saat titik manisnya dapat sang tuan kenai dengan tepat. Tubuhnya beberapa kali berjengit naik sampai perutnya bertabrakan dengan perut sang tuan.
Keduanya menyatu dengan penuh hasrat dan perasaan yang cukup tenang hingga keduanya terlihat seperti sepasang kekasih yang tengah memadu kasih. Intim yang keduanya ciptakan begitu baik sampai perkawinan kelamin keduanya terasa begitu nikmat bagi satu sama lain.
“Eshhh sayang emhhh … lihat aku” Sang tuan merengek di tengah penyatuan mereka karena Hikam lebih sering memejamkan matanya.
Saat tatapan keduanya kembali bertemu sang tuan langsung tersenyum puas. Rojokan batang penisnya di bawah sana masih pada temponya yang konstan. Desahan Hikam yang keluar dari bilah bibirnya tampak begitu sexy dan menggairahkan. Netra bulat rusa Hikam yang jernih tampak sayu, polos dan naif secara bersamaan. Dan sang tuan begitu menikmatinya.
“Mas lebih cepat lagi … ahh!” Sang tuan membalikkan tubuh mereka dengan mudah hingga Hikam kini berada di atas tubuhnya dan kejantanan sang tuan pun jadi semakin terasa jauh menembus liang senggama Hikam.
“Sayang kamu yang gerak ya” Hikam bergumam tak jelas. Namun kedua tangannya segera ia tumpukan di dada telanjang sang tuan. Setelahnya pinggulnya ia bawa bergerak memutar seolah tengah mengarahkan kejantanan tuannya agar mengaduk-aduk di dalam liang nya.
Sang tuan memejamkan netranya berkali-kali merasakan goyangan pinggul Hikam yang sebenarnya sangat amatir namun menimbulkan perasaan menggebu-gebu yang menyenangkan untuknya. Telapak tangan sang tuan bergerak meraba-raba tubuh Hikam seduktif. Lalu meremas-remasnya juga dengan sensual di segala sisi sebelum akhirnya mendarat di dada sang jelita.
“Enghhh … mas!” Sang jelita mencondongkan tubuhnya kedepan saat dadanya yang berisi terus diremas-remas oleh sang tuan. Pinggulnya tak lupa bergerak. Dan kini tengah bergerak maju-mundur. Penyatuan keduanya yang semakin naik temponya menjadi lebih cepat hasilkan suara-suara persetubuhan yang begitu intim.
Desahan sang jelita dan geraman sang tuan beriringan mengudara. Kenikmatan duniawi begitu mudah rasanya tuk keduanya dapatkan.
Namun tak lama tubuh Hikam pun melemah. Gerakannya tak lagi beraturan. Bahkan keringat yang membalut tubuhnya begitu banyak, ia sampai risih sendiri apalagi penyatu keduanya terasa sangat lengket sekarang.
“Mas capek” Ujar Hikam sedikit merengek. Sang tuan tersenyum teduh sebelum kemudian membawa tubuh Hikam ke dalam pelukannya lantas ia bawa berguling ke ranjang.
“Engh!” Penyatuan keduanya terlepas sejenak. Sang tuan memposisikan agar tubuh keduanya seperti big spoon and little spoon (cuddle dari arah belakang)
Seolah Dejavu. Hikam tau posisi tersebut. Jadi ia langsung menarik kaki kanannya untuk naik ke atas agar sang tuan bisaebih mudah mengambil kendali.
Penyatuan kelamin mereka kembali terjadi. Di posisi ini Hikam dapat merasakan perasaan yang lebih intim lagi apalagi setiap kali sang tuan bergerak pundak dan tengkuknya akan sang empu beri kecupan manis.
Desahan dan suara penyatuan keduanya kembali mengudara. Perkawinan kelamin keduanya masih terus berlanjut.
Waktu malam yang kan segera menjemput keduanya nikmat dengan persenggamaan yang begitu penuh afeksi. Euforia yang keduanya rasakan begitu menyenangkan. Keduanya seolah tak terbebani oleh apapun berkat penyatuan mereka sore itu.
Tubuh keduanya kembali basah namun kini sebab peluh yang melimpah. Perkawinan kelamin keduanya terus terjadi namun kali ini semakin kasar sebab temponya begitu cepat. Hikam mendesah semakin kelimpungan. Liangnya semakin berkedut-kedut. Basah sekali rasanya di bawah sana sampai-sampai batang kejantanan sang tuan begitu mudah bergerak keluar-masuk merojiki liang senggamanya.
“Mas … ahh gak kuat!” Hikam memejamkan matanya erat tangannya melepaskan kakinya yang ia buat naik tinggi sebelumnya. Tangannya lantas langsung bergerak tuk meremas lengan sang tuan yang bersinggah di perutnya. Sebagai tempat pelampiasan.
“Eshhh nungging ya sayang emhhh … aku juga mau sampe”. Dengan lincah tubuh keduanya kini telah berubah posisi doggy style Hikam mendesah semakin ribut kala pinggulnya di cengkraman kuat lantas liang senggamanya terima rojokan kasar dari batang penis sang tuan sampai suara becek yang dihasilkan semakin riuh terdengar.
Suara-suara persetubuhan sore itu begitu kental terdengar. Desah geram yang bersahutan. Pertemuan kulit antar kulit. Juga becek dari penyatuan mereka begitu riuh melebur menjadi satu.
Desahan sang jelita semakin putus-putus kala sang tuan merojoki liang senggamanya dengan batang penisnya begitu cepat. Nafas keduanya tersengal-sengal gelitik di inti tubuh dan merinding sekujur tubuh keduanya rasakan begitu kuat sampai detik-detik berharga itupun mulai tiba. Keduanya melepaskan cairan surgawi keduanya di detik waktu yang bersamaan.
Desahan panjang. Geraman rendah. Lolongan nikmat serta kepuasan keduanya mengudara bebas. Tubuh Hikam ambruk seketika di susul sang tuan yang bersinggah di sebelahnya.
“Mau lanjut atau istirahat dulu?” Tawar sang jelita.
Wajah ayunya sang tuan belai lembut kecupan sayang ia bubuhkan di dahi sang jelita. “Kamu tidur ya. Nanti setelah makan malam aku antar ke tempat Diana” Jelas sang tuan yang membuat Hikam mengernyit bingung.
“Aku sengaja minta 3 ronde ke Diana tapi … itu biar kamu istirahat aja Hikam, aku gak tega liat kamu di serat-serat kesana sini sama Diana. Mending kamu istirahat aja ya”
“Tapi mas …”
“Sayang. Nurut ya, nanti aku kasih tip lebih” Ujar sang tuan yang menutup percakapan mereka sore itu.
Hikam lagi-lagi dapat beristirahat sejenak di tempat tuannya. Ia tidak dapat menolaknya karena tubuhnya nyatanya benar-benar kelelahan.
Dan sesuai janjinya, usai makan malam keduanya lalui bersama Hikam benar-benar sang tuan antarkan ke tempat Diana.