Dying In Your Arms

pshaconne
12 min readDec 7, 2023

--

The eighth day of December … is a special date for some people.

Terutama untuk seorang laki-laki yang dikenal dengan nama panggilan Pasha ini — His real name is Pandji Shantana.

Pada hari kedelapan di bulan Desember ini, menjadi hari yang paling istimewa untuk Pasha — Because that date was the first time he was born into this world.

Ya, tanggal delapan Desember adalah hari ulang tahun Pasha.

Dan di hari istimewanya ini,Pasha hanya duduk termenung di salah satu kursi yang berada di depan meja panjang Bar, seorang diri. Dengan kondisi yang tampak terlalu menyedihkan untuk ditatap penuh goda — by prostitutes hanging around him . Because, Pasha’s face looked very unfriendly towards interacting with anyone.

Tadi, lebih tepatnya sebelum waktu beranjak dan berlalu. Hingga hari mulai berganti dan hari ulang tahunnya itu pun tiba. Pasha dengan senang hati pergi seorang diri untuk mengunjungi salah satu Bar di kotanya yang memang sudah sering dikunjunginya itu — VEGA Bar.

Pasha datang ke VEGA bukan semerta-merta karena ia merasa kesepian atau tidak memiliki seorangpun untuk menemaninya menyambut hari ulang tahunnya itu tiba,

Pasha datang ke VEGA sebab ia sudah terima janji temu dari sang kekasih hati, pagi tadi — Who spoke such sweet words. Who he said would accompany him to enjoy his special day together.

Oleh sebab itu Pasha bahkan sampai rela meninggalkan pekerjaannya yang sebenarnya sudah kejar tayang namun tak jua dekati garis finis.

Hingga pekerjaan Pasha kini masih membeku dan bertumpuk-tumpuk hingga menggunung di meja kerjanya — And Pasha still prefers to meet his boyfriend.

Dengan yakin ia bertindak, memilih pulang dua jam lebih awal dari waktu yang biasanya ia lakukan. Bahkan dengan sengaja ia melewati jam makan malamnya — Because in its beautiful cradle, Pasha is going to have a romantic dinner, With his boyfriend. Lantas setelahnya ia berharap bisa mengobrol santai. Saling bertukar cerita dan mengenang masa-masa indah yang telah mereka lewati bersama. Sambil menuangkan minuman yang memiliki kadar alkohol ke dalam gelas kaca satu sama lain — Until the two of them got drunk and ended up having a long kiss before sleeping together while cuddling under the warmth of a blanket.

Dan usai lima jam lebih ia menanti — But his boyfriend still didn’t come.

“Sial! Sial! Sial!”

Pasha mengumpat kesal sambil memukul-mukul kepalanya berulang kali dengan kedua tangannya yang mengepal — Because his head felt like it was getting heavier. His vision slowly became blurry. And the ears even started ringing.

Kesadaran Pasha perlahan menguap pergi jauh. Bahkan konsentrasinya begitu kacau. Ia terlalu banyak menenggak cairan alkohol dengan kadar yang tinggi sebab merasa kesal menanti kedatangan sang kekasih hati yang tak datang jua.

“Pasha?” — Pasha was silent, he did not respond to the call of someone in front of him. Pasha was no longer conscious. Pasha was at a height.

“Pasha?” Saat seorang pemuda yang bertubuh ringkih itu berlalu dari hadapannya kemudian mulai duduk disampingnya dan kembali memanggil namanya untuk kali kedua — Pasha spontaneously immediately pulled the person into his arms with one powerful pull. Sampai mau tidak mau sang empunya tubuh limbung ke arahnya. Dengan dada keduanya yang bertemu lekat.

“Pasha?” Suara pemuda itu kali ini terdengar bergetar. Sebab satu tangan Pasha merengkuh erat pinggang mungilnya. Sedang tangan yang satunya lagi merambat naik membelai tengkuknya dengan cara yang sensual.

Kala wajah keduanya saling berhadapan dengan jarak yang semakin minim. Sampai nafas hangat keduanya saling bertemu. Pasha pun tersenyum kecut — Because it’s not his boyfriend who he’s going to kiss now.

I hate you, Judika. You’re cheating on me again. Fuck! about five years. I hate you” Lirih Pasha.

Heevin — Sankara Heevindra. Nama sosok pemuda yang kini Pasha rengkuh tubuh ringkihnya itu.

Heevin spontan melebarkan netranya yang memang tercipta begitu bulat ayu seperti rusa. Heevin terperangah dengan tubuh yang menegang kaku. Sebab Pasha tanpa aba-aba langsung melumat ranumnya dengan kasar.

Walaupun sempat diam tak bergeming di beberapa detik awal, namun saat kesadarannya tertarik kembali Heevin pun langsung mencoba untuk memberontak dengan sia-sia dari rengkuhan kuat lengan Pasha yang memenjarakan tubuhnya.

“Eunghh! Pasha-hhh emphh stop! Pasha!”.

Pemberontakan Heevin jelas tidak berarti sama sekali. Sebab perbandingan tubuh keduanya saja sangat kontras — Heevin’s body looked so small and frail when compared to Pasha’s sturdy body.

Dan karena perbandingan tersebut Pasha jadi tidak terganggu sedikitpun saat melancarkan aksinya yang begitu nekat memangut rakus dan menikmati ranum tipis Heevin yang entah mengapa terasa begitu manis di pengecapan rasanya saat ini. Padahal kedua nya adalah dua orang yang sama asingnya dan tak saling mengenal dengan baik — It was a new sensation for Pasha, yang selama ini hanya pernah mengecap rasa manis dari ranum tebal dan terbelah milik kekasihnya.

Pasha melumat dan menyesap ranum mungil nan cantik milik Heevin. Sampai pemuda itu menggeram kesakitan. Sebab dari kasarnya ciuman yang Pasha lakukan, bibir bagian bawah Heevin sampai terasa perih dengan rasa besi yang mulai melintasi pengecapan rasanya yang sebelumnya hanya merasai rasa pahit manis dari sisa alkohol yang sebelumnya Pasha tenggak, usai lidah Pasha berhasil masuk kedalam mulutnya mengobrak abrik di dalam sana. Sentuh seluruh bagian yang mampu di capai lidahnya lantas mengabsennya tanpa tertinggal satupun deretan gigi-gigi rapinya. Sebelum kemudian membelit lidahnya dengan lincah — Heevin’s lower lip was slightly torn because Pasha had such sharp canine teeth.

“Eumhh!” Tubuh Heevin di bawa sepenuhnya ke atas pangkuan Pasha dengan posisi duduk menyamping dan respon Heevin hanya berpasrah saja. Ia ikut serta di tuntut Pasha tanpa pemberontakan. Sebab rasa-rasanya Heevin mendadak lemas usai di cumbui tanpa ampun oleh Pasha yang tidak dalam kondisi sadar tersebut.

Ranum Heevin terus di lumat dan di sesap kuat bagian atas serta bawahnya secara bergantian tanpa jeda. Lidah Pasha bahkan terus terjulur keluar menjilati bibir atas bawah milik Heevin. Sesekali lidah Pasha akan kembali menelusup masuk kedalam rongga mulut Heevin lantas menarik dan mendorong lidah Heevin dengan teratur. Sebelum kemudian membelitnya dengan kuat. Sampai menghasilkan suara kicapan basah yang begitu intim meskipun Heevin tidak membalasnya sama sekali.

Dentuman suara musik Edm yang begitu keras jelas mengenakkan telinga keduanya. Namun suara desahan Heevin dan bunyi erotis dari cumbuan bibir mereka masih bisa berlalu dengan lembut membelai rungu Pasha. Hingga Pasha jadi semakin terbakar nafsu karenanya.

Lama berlalu. Heevin semakin tak kuasa. Ia benar-benar jatuh terbuai dalam permainan lincah lidah Pasha.

Dan lagi saat Pasha terus mencumbui ranum Heevin, Pasha masih sempat menggerakkan tangannya ke bagian belakang tubuh Heevin.

Tangan Pasha begitu berhasrat saat menggerayangi pantat Heevin. Sedang Heevin yang sudah begitu terlena sebab terima ciuman Pasha yang begitu nikmat mulai ikut serta kehilangan kesadarannya bahkan tanpa perlu menenggak cairan alkohol setetes pun.

Tangan Heevin kini tanpa ragu mulai tersampir di bahu kokoh Pasha.

Cara duduk Heevin yang semula duduk menyamping bahkan kini telah Pasha ubah, sampai berhasil menghadap ke arahnya sepenuhnya. Masih dalam posisi di pangkuannya.

Lumatan Pasha akhirnya dapat balasan juga dari Heevin yang benar-benar sudah tenggelam, dalam buaian nikmat permainan Pasha. Lidah Heevin bahkan turut serta membalas belitan lidah Pasha meskipun ia tidak terlalu pandai.

“Eunghh-hhh!” Pasha terus menggerayangi pantat Heevin yang begitu mungil namun terasa sangat kenyal saat ia remas di setiap sisinya itu. Sampai hadirkan lenguhan yang teramat ia sukai dari sang empunya tubuh.

Sambil bertarung lidah dan bercumbu mesrah dengan Heevin tanpa kebosanan, tangan Pasha mulai bergerak meremas-remas pantat Heevin dengan cara yang lebih sensual sampai Heevin melepas tautan bibir mereka lebih dulu. Lantas menyimpan wajahnya di ceruk leher Pasha. Sebab ia merasa semakin kesulitan bernafas karena semakin terangsang sebab kerja telapak tangan Pasha yang meremas-remas pantatnya dengan baik sampai terasa begitu nikmat dan jelas sangat menggairahkan.

“Eunghh Pasha-hhh ahhmmmhh”

Pasha tersenyum kegirangan saat dengar Heevin mendesah lirih dengan namanya yang turut terselip di dalamnya, sambil mengecupi lehernya dengan kecupan kupu-kupu.

“Eshhh … Pasha-hhh”

“Heum. Kenapa sayang?”

“Ahhh remas langsung, please …” — The one who is not conscious at the moment is Pasha. But why is it Heevin who seems to be going crazy now?

Like this?

“Eungghhh yah akhh remas yang kuat ahhh …”

Telapak tangan Pasha yang begitu lebar sudah berlalu melewati celana kain yang Heevin kenakan beserta dalamnya. Telapak tangan hangat Pasha kini bersentuhan langsung dengan pantat mulus Heevin.

“Emhh-hhh Pasha eshhh lagihh ahhh sial ini nikmat sekali-hhh emhh”

Sadar posisi mereka kurang nyaman, Pasha akhirnya mengendong koala tubuh Heevin. Lantas berlalu ke arah sofa panjang di bagian pojok Bar tersebut. Pasha tidak terpikir untuk membawa Heevin ke ruang tertutup sebab pemesanan kamar di bar tersebut cukup lama. Sedangkan dirinya sudah begitu tak sabaran ingin menyaksikan ke erotis Heevin saat tubuhnya ia kerjai — But at least the place isn’t seen by many people.

Heevin yang mulai menyesap dan meninggal tanda-tanda merona di leher Pasha tidak merasa terusik sedikitpun dengan gerakan Pasha yang berpindah tempat. Saat Pasha berjalan Heevin malah mendesah nikmat saat beberapa kali penisnya yang menegang itu bergesekan dengan penis milik Pasha yang sudah sama tengah ereksi tersebut.

“Ahh fuckk!”

“Ya .. i wanna fuck you babe

“Eunghhh Pasha …”

“Do you like it, heum? Say it babe. Tell me if you like it”

Pasha mengamati fitur wajah Heevin yang terlihat sangat manis tersebut sambil menggerayangi kerutan di sekitar liang anal Heevin dengan jari tengah dan telunjuknya dengan gerakan melingkar.

“Pasha-hhh emhhh ini nikmat. Please, Push your finger in ahh Pasha-hh

“Do you really want it?”. Heevin menganggukkan kepalanya dengan cepat sambil terus mendesah erotis.

You don’t want my fingers to just tickle around your anal area?”

“Ohhh yah. Suka ahhh! Tapi akan lebih nikmat lagi-hhh jika di tekan kedalam emphhh!”

“Do you want my fingers to fill your hole?” Heevin lagi-lagi menganggukkan kepalanya dengan raut wajah yang kian tampak pias tersiksa.

“Do you really want my fingers to poke your hole?”

“Yahh Pasha ahhh mau-hhh …”

“Like this? Do you like my fingers filling your hole like this?”

“Yahhh ahhh! Please … Move slowly, Pasha please!

“Like this. Do you like this?

“Yah Pasha I like it ahh!”

“Bagaimana kalau begini?”

“Eunghh pelan ahh pelan-pelan jangan langsung tiga-hh. AHHH FUCK!”

“Want me to move it?”

“Mau Pasha mau-hhh ahh sial ini ahh penuh-hhh eunghhhh!”

“Let your hole swallow my four fingers first, Bae. Then I will fuck your anal with my big penis”

“Mau ahh Pasha mau-hh”

Masih dengan posisi di pangku Pasha. Pantat Heevin semakin beranjak naik tinggi sampai menungging. Hingga tubuh bagian atas Heevin semakin condong ke arah Pasha dengan dada mereka yang saling bertemu lekat. Heevin juga bergerak gelisah di pangkuan Pasha sebab tiga jari sang empu mulai bergerak dengan tempo yang lembut — Poking in and out of his hole regularly while enjoying the erotic expressions Heevin made.

Heevin spontan memeluk tubuh Pasha dengan erat saat lubang analnya yang masih perawan dan sangat ketat itu mulai terbuka lebih lebar sebab di isi satu jari Pasha lagi — Heevin’s hole was full and cramped by Pasha’s four long fingers at once.

“Menikmatinya princess?”

“Eunghh em’emhh-hh” Heevin bergumam tidak jelas sebab mulutnya kini tengah mengigit pundak Pasha.

“Your hole is warm and very tight, Bae. Eshhhh my fingers look like they’ll break in there if you tighten them like that”

“Eunghhh!”

“Eshhhh … You’re so beautiful”

Pasha menghirup wangi tubuh Heevin dengan berhasrat. Empat jarinya masih terus menyodok lubang Heevin denger tempo yang pelan dan teratur sehingga berkesan sensual.

Tangan Pasha yang lainnya. Yang semula meremas-remas salah satu pipi pantat Heevin kini bergerak melucuti celana serta dalaman Heevin tanpa perlu menghentikan sodokan empat jarinya yang dengan nyaman terbenam dalam lubang anal Heevin yang begitu ketat dan hangat.

“Eunhhhh!”

“Sttttt nikmat?”

Pasha menambah tempo gerakan jarinya. Ia menyodok anal Heevin semakin cepat saat celana yang Heevin kenakan sudah menurun dari posisinya sampai pantat mungil Heevin yang mulus itu terpampang jelas di muka umum.

Suara desahan Heevin semakin melengking tinggi. Namun tak lama suara desahannya langsung tertelan bulat-bulat saat Pasha kembali membungkamnya dengan bibirnya.

Ranum keduanya kembali bertemu lantas kembali bercumbu dengan lidah keduanya yang turut serta ikut bergelut manja.

Desahan Heevin semakin vocal saat lubang analnya yang masih perawan itu kian melebar. Empat jari Pasha pun semakin mudah bergerak.

Heevin sedikit meringis sebab penis tegangnya terasa kesulitan berkedut. Sebab masih terpenjara kain celananya. Tadi Pasha hanya mengekspose pantat Heevin saja tidak pada bagian depannya. Celana Heevin tak sepenuhnya di lepas.

“Eahh ahh hahh hahh Pasha! Ahh Pasha!”

Tautan bibir mereka terlepas. Heevin kembali mendesah lirih.

“Shhhh … your hole is narrowing, Bae”

Jari Pasha semakin kesulitan bergerak sebab liang Heevin mencengkram jari-jarinya dengan kuat.

Heevin memejamkan matanya erat. Ia juga mengigit bibir bagian bawahnya dengan kalut sebab tengah menahan gejolak nafsunya yang semakin naik tinggi. Badan Heevin bahkan sampai bergetar sebab dilimpahi kenikmatan luar biasa — Pasha smiled proudly at being able to make Heevin fly to great heights because of him.

Nafas Heevin semakin terperangah. Lubang analnya kian menguatkan cengkeramannya. Nanum tak urung buat Pasha terus merojiki lubang Heevin dengan cepat sebab ia begitu kuat.

“Pasha Pasha … ahh Pasha …”

Heevin berada di atas awan. Ingatannya kian memudar. Di benaknya hanya ada nama sang empu yang berada di lirih desahannya. Tubuhnya merinding dan meremang. Hasratnya melingkupi seluruh bagian tubuhnya. Ia benar-benar kepayang sebab permainan jari Pasha di liang analnya.

“Eunhhh ahh Pasha-hhh Pasha ahh!” Anal Heevin terus di kerjain tanpa ampun oleh jari-jari Pasha. Sampai Heevin tidak tahu caranya untuk berhenti mendesah.

Pasha begitu menikmati pekerjaannya yang tengah mengasah jari-jarinya di dalam lubang anal ketat milik Heevin. Sampai rojokan empat jari Pasha bergerak semakin cepat kegirangan lalu melesat masuk semakin dalam — Heevin’s prostate was touched. Then Pasha hit it roughly repeatedly. Until Heevin’s body writhed with pleasure.

Dan hanya desah geram yang bisa Heevin lakukan, untuk menunjukkan seberapa hebat permainan jari Pasha.

“Eunhhh!”

“Eshhhh your hole is so tight … I really want to fill your hole with my bug penis, Bae”

“Eunghhh mau-hh ahh Pasha! Cum-hhh ahh Pasha …”

“Mau keluar?” Pasha terkekeh gali, “Tanpa di sentuh?”

“Faster Pasha ahhh faster!”

“Oke, princess”

Pasha mengecup dahi Heevin lebih dulu. Sebelum kemudian ia rengkuh tubuh sang empu sampai tubuh mereka semakin melekat intim. Bibir Heevin yang sudah membengkak lantas kembali Pasha nikmati. Gerakan keempat jari Pasha di dalam lubang anal Heevin kian Pasha tambah temponya sampai Heevin hanya terdiam terperangah tak mampu membalas lumatan bibir Pasha.

Empat jari Pasha merojoki lubang Heevin tanpa ampun. Meskipun lengannya terasa kebas namun sekuat tenaga Pasha terus menyodok lubang Heevin dengan cepat. Jari-jari Pasha tiada jeada mengasah liang Heevin yang semakin mengetat. Juga tak lupa untuk menumbuk prostat Heevin yang kian membengkak.

Pasha terus meng in — out kan kempat jarinya di dalam lubang Heevin sampai tubuh sang empu bergetar kuat kelimpungan.

Rojokan jari Pasha terus bergerak cepat — cepat dan berantakan hingga air mata Heevin berlinang sebab dapatkan kenikmatan luar biasa untuk kali pertama.

“Heunghhh eunghh enghhh!”

Heevin mendesah putus-putus sebelum kemudian mendesah keras.

“EUMHHHH!” Tubuh Heevin bergetar hebat. Dan bibir Pasha yang tanpa sadar ia gigit kuat sampai terkoyak dalam meskipun ia tidak memiliki gigi taring seperti Pasha.

Heevin sampai pada putihnya.

“Heunghh! Emphh!”

“Good job, princess. You’re amazing”

Heevin lemas di pelukan Pasha. Ia meringis saat merasakan spermanya menumpuk di celana bagian depannya.

“Pasha? Huh … sial”

Heevin langsung mendengus kesal saat mendapati sang empunya nama sudah memejamkan matanya dengan ringan. Dengan posisi keempat jarinya yang masih mengisi lubang anal Heevin.

Heevin membereskan kekacauan yang mereka perbuat di dalam Bar seorang diri, sebab Pasha sudah tak sadarkan diri.

Heevin lantas membawa tubuh Pasha ke dalam salah satu kamar di dalam Bar tersebut dengan bantuan seorang bartender di sana.

Dan kini, Heevin tengah duduk di samping tubuh kekar Pasha yang terbaring dan tertidur pulas di atas ranjang.

Heevin memandangi wajah Pasha yang sangat menarik perhatiannya, bahkan sejak pertama kalinya mereka bertemu.

“Lo ada hubungan apa sih sama Judika?” Monolog Heevin.

Heevin memang berniat menemui Pasha yang tengah menunggu kedatangan sepupunya itu, Judika.

Ponsel Judika tanpa sengaja tertinggal di mobil Heevin usai minta antar ke apartemen kekasihnya tadi. Heevin tidak mungkin berbalik arah untuk mengembalikan ponsel Judika yang terus berbunyi saat melihat waktu sudah hampir pagi. Heevin tidak mau menganggu Judika yang tengah bersama kekasihnya. Jadi ia dengan suka rela menggantikan pertemuan Judika dengan Pasha.

Dan saat melihat kondisi Pasha yang sudah mabuk, Heevin pikir bisa membawanya pulang dan menginap di apartemen Judika. Lagipula sang pemilik tidak ada di sana.

Heevin tidak mungkin membawa Pasha pulang ke rumahnya. Karena keduanya terlalu asing.

Namun Heevin jadi ragu, saat menyadari jika dirinya telah meninggalkan noda-noda merona di leher Pasha. Apalagi sebelumnya ia mendengar kata ‘cheating’ Dan ‘lima tahun’ yang Pasha tujukan kepada sepupunya itu.

Heevin jadi bertanya-tanya, sebenarnya hubungan seperti apa yang keduanya miliki selama ini?

Sibuk melamun tanpa sadar ponsel Heevin berdering. Ada panggilan Masuk dari Fajzan. Kekasih sepupunya.

“Halo?”

‘Udah jam setengah lima, dan lo masih belum tidur?”

“Mmm … ini aru bangun kok” Heevin mengelak.

‘Oh kirain. Btw Hp gue ketinggalan di mobil lo’

“Iya. Besok bisa lo ambil, gue gak kemana-mana kok”

Setelah panggilan mereka terputus. Heevin hendak pulang meninggalkan Pasha seorang diri. Namun sebelum benar-benar beranjak ia dengan nekat melumat bibir Pasha sekilas.

“Sampai bertemu kembali, Pandji Shantana”.

--

--

pshaconne
pshaconne

Written by pshaconne

love yourself or let me loving you better than anyone.

No responses yet