pshaconne
2 min readMay 20, 2024

Langkah sang jelita malam ini tak lagi terlihat setangguh biasanya, hatinya sedikit merana dan terbebani suatu alasan yang tak kasat mata adanya.

Ada rasa ketidak-relaan di hatinya untuk kembali menapaki lantai hotel berbintang yang kan kembali jadi saksi bisunya tuk melacurkan dirinya di istana.

Karena jujur saja, semenjak dirinya merasakan sentuhan Setta dan dapat terima afeksi yang begitu diidam-idamkan jiwa raganya, sang jelita pun takut untuk mengantarkan dirinya kembali pada mereka sosok-sosok yang kan kembali menyentuh dirinya selayaknya status kejalangannya.

“Diana bilang kamu primadonanya, kenapa nundukin kepala gitu?”. Dengan ragu-ragu sang jelita sontak kembali mengangkat kepalanya, lantas coba pertemukan tatapan matanya pada sang tamu yang telah menantinya seraya menenggak wine-nya di salah satu sofa di kamar hotel tersebut.

“Maaf, tuan”

“Hikam, orang luar pulau ya?”. Sang jelita tersenyum sebelum menyahutinya, “Iya tuan”

“Itu nama asli kan? Kenapa gak pake nama samaran?” Pria itu bangkit dari posisinya setelah meletakkan gelas wine-nya yang telah kosong di atas meja, lalu berjalan maju dengan teratur mendekati Hikam dengan tatapan yang cukup mengintimidasi karena lekuk netra rubahnya kini tengah menatapnya dengan lekat.

“Saya tidak tahu tuan, kalau orang-orang lebih banyak yang menggunakan nama samaran”

“Kamu gak gila uang ya kelihatannya” Tubuh hikam reflek sedikit bergetar saat sentuhan halus diterimanya di leher, namun ia tetap berusaha agar tidak menundukkan kepalanya kembali.

“Kamu bersih kan? Saya gak mau pakai kondom”. Tubuh Hikam mendadak kaku, dan mulutnya pun membisu, jadi ia hanya menganggukkan kepalanya saja walaupun terlihat patah-patah.

“Bagus, saya mau cuci muka sebentar” Pria bernetra rubah itu mengecup ranum sang jelita sekilas sampai ia menahan nafasnya tanpa sengaja, “Saat saya keluar dari dalam kamar mandi, saya harap kamu sudah telanjang” Saat pria itu pergi dari hadapannya sang jelita langsung menghembuskan nafasnya yang sempat tertahan.

Hikam melirik takut-takut ke arah pintu kamar mandi yang telah tertutup itu seraya membuka kancing bajunya yang masih saling mengait, detak jantungnya kembali berdetak kencang seperti kali pertama ia melakukan pekerjaan seperti itu.

Dalam hatinya Hikam merapalkan do’a yang begitu penuh harap, entah tuhan yang mana saja yang akan dengarkan lirih pintanya, semoga pria bernama Arseno Dian Bikara itu bukan sosok yang kan jadi petaka untuknya di hari setelahnya.

pshaconne
pshaconne

Written by pshaconne

love yourself or let me loving you better than anyone.

No responses yet