Lima :
Sepulang dari mengantar sang jelita kembali, Setta tidak benar-benar pulang kerumah lantas hendak pergi lagi ke kantornya seperti alasannya pada sang jelita.
Hari ini, dengan langkah yang mantap ia menemui kawan lamanya yang berprofesi menjadi seorang pengacara.
“Sudah lama ya bli, kita gak ketemu” Sapa teman Setta dengan akrab, namun Setta hanya bergumam dingin hingga sang lawan bicara merasa sedikit terganggu karena perubahan sikap Setta yang sangat signifikan itu.
“Ada apa ya bli? Tiba-tiba sekali bli datang langsung kesini”
“Aku,” Setta memang tidak ragu mendatanginya, namun jelas saja Setta masih cukup ragu untuk meminta bantuannya sebenarnya. “Bantu aku … menceraikan, Rahayu. Secepatnya”
“Bli? Ini gak lagi bercanda kan?”. Setta sontak langsung menurunkan pandangnya ke arah lantai namun tidak sampai menundukkan kepalanya, ada sedikit rasa sesak yang kembali terasa di rongga dadanya, karena seumur hidupnya Setta tidak pernah memimpikan hal seperti hari ini benar-benar terjadi di dalam hidupnya.
“Bli? Cerita saja, saya dengarkan kok” Ujar sang empu coba menenangkan kemelut batin yang Setta rasakan.
“Intinya lakukan saja” Setta hampir menangis sia-sia, hanya untuk mengulangi kata-katanya sebelumnya, jadi ia mempersingkatnya saja.
Mungkin rasa cintanya itu telah memudar, mungkin rasa kecewa itu telah berhasil menutupi keinginan besarnya dahulu yang ingin bersama Rahayu seumur hidupnya, tenang mungkin dapat ia rasakan sebab pulang ia temukan pada sosok Hikam, namun perpisahan memang tidak pernah semudah itu untuk dilakukan.
“Bli?”
“Aku hanya ingin bercerai dengan Rahayu secepatnya, tolong di urus, ini berkas-berkas yang mungkin kamu butuhkan dan untuk hak asuh anak … Di sini juga ada data tes DNA Nuca dan Nesa, mereka bukan anakku. Galuh, tolong lakukan saja ya?”
“Bli …”
“Sudah itu saja … aku harus nemuin Diana” Setta bangkit dari duduknya dan menjulurkan tangannya untuk memberikan salam perpisahan pada kawan lamanya itu.
“Bli gak turun derajat kan ini? Gak suka sama Diana kan? Masa iya Bli sama germo?”. Setta langsung terkekeh ramah, ia tak lagi murung seperti sebelumnya saat menanggapi pertanyaan tersebut.
“Enggak kok, tapi … Diana punya permata” Ujar Setta seraya tersenyum penuh kasmaran saat mengingat sosok Hikam.