Di malam bulan yang tengah purnama. Tiga pria dengan pakaian serba hitam dan mengenakan topi bajak laut sedang berjalan beriringan menuju dermaga Aqeensaa. Satu-satunya pelabuhan milik wilayah laut Shoutheeyanan.
Southeeyanan sendiri adalah wilayah laut selatan yang paling berbahaya di seluruh Bhumi Pratiwinta.
“Tempat ini seperti dermaga mati” Kata pria yang paling jangkung di antara ketiganya. Dia adalah pemimpin mereka atau biasa disebut Kapten. Dua orang yang bersamanya pun langsung mengamati kondisi di sekitar sana. Dan benar adanya, jika Aqeensaa tampak seperti dermaga mati yang tak lagi beroperasi. Meskipun beberapa kapal besar masih berlabuh di sekitar bibir pantai. Namun suasana di sana sungguh mencekam sebab terang hanya di dapat dari pancaran sinar rembulan serta riuh hanya terdengar dari suara pasang surut air laut dan debur ombak pada batu karang.
“Mungkin karena Southeeyanan telah dihapus dari peta Pratiwinta sejak tujuh tahun lalu. Kudengar penduduk asli disini banyak yang berpindah ke barat” Sahut pria berahang tegas pemilik tatapan elang yang begitu tajam.
“Itu mereka” Pria bermata foxie di antara mereka mengalihkan atensi keduanya agar melihat ke arah dermaga. Sudah ada beberapa nelayan yang telah berkumpul di sana menanti kedatangan mereka.
“Ayo”
Usai sang Kapten menginterupsi, ketiganya pun langsung mengayunkan kaki jenjang mereka yang terbilang cukup ringan. Namun saat kaki mereka mulai menapaki lantai dermaga yang terbuat dari kayu suara langkah ketiganya terdengar nyaring menggema sebab langkah mereka yang selaras beri kesan tegas serta begitu mengintimidasi.
“Tuanku …” Salah satu nelayan yang berada di barisan paling depan langsung memberi hormat dengan cara membungkukkan badannya setajam 90 derajat di hadapan ketiganya yang diikuti sejumlah orang lainnya di belakangnya.
“Bagaimana?” Tanya sang Kapten.
“Beberapa nelayan yang sudah saya kirimkan tidak kunjung kembali setelah satu minggu berlalu. Saya sudah mengirimkan beberapa nelayan lagi untuk menyusul dan memantau misi mereka. Naas yang kami temukan hanya puing-puing bangkai kapal saja, Tuanku”
“Mereka gagal? lalu kau tak mengirimkan orang-orang baru?”
“Sudah. Sudah empat kali Tuanku, namun mereka berakhir sama seperti yang lainnya”
“Apa ombak ditengah laut begitu tinggi?” Kini pria pemilik tatapan elang yang bertanya.
“Siren”.
Usai nelayan itu menyebutkan satu kata tersebut. Ketiga pria itu pun langsung terdiam dengan tatapan yang sulit diartikan.
Siren adalah makhluk berwujud manusia dengan bagian pinggang sampai kaki berupa ekor seperti ikan. Ia memiliki jari-jari tangan yang memiliki sekat penyatu seperti kaki bebek. Wajahnya masih manusia dan dikabarkan sangat jelita. Namun di sisi kanan kiri lehernya terdapat sepasang insang sebagai alat pernafasannya saat berada di dalam air.
Laut adalah belahan bumi yang begitu luas serta dalam, tanpa diketahui pasti dasarnya. Ada jutaan rahasia di dalamnya. Dan yang semua orang ketahui, Kraken adalah makhluk berwujud manusia dengan kepala gurita yang paling berbahaya di lautan. Akan tetapi Siren adalah makhluk yang harus dihindari. Sebab Kraken hanya mengandalkan kekuatan tentakel nya yang begitu kuat serta tubuhnya yang begitu besar saat berubah wujud sepenuhnya menjadi gurita raksasa.
Namun kini, Kraken tak lagi menjadi penguasa lautan. Sebab sekitar empat puluh tahun lalu para bajak laut yang terdahulu membuat kesepakatan bersama yang dikenal sebagai kesepakatan Atlas.
Kesepakatan itu bertujuan agar seluruh kelompok bajak laut bersatu untuk melenyapkan makhluk tersebut. Namun sialnya setelah makhluk itu lenyap para kelompok bajak laut yang sebelumnya bersatu itu malah berujung saling membunuh kelompok lainnya. Mereka malah semakin gencar bermusuhan dan melakukan peperangan yang nyata. Sebab pemimpin mereka mengincar jantung Kraken, yang pada akhirnya dikunci di dalam sebuah peti. Lantas ditenggelamkan di tengah laut Pratiwinta oleh pemimpin kesepakatan Altas pada masa itu.
Sedangkan Siren, sudah lama tak lagi terdengar kisahnya. Usai kematian Kraken.
Siren sendiri terkenal sebagai makhluk yang memiliki kekuatan magis untuk menipu daya umat manusia hanya lewat tatapan netra indahnya serta suara merdunya yang nyatanya membawa petaka.
Siren akan menembangkan sebuah lagu pada para pelaut yang mendekat ke wilayahnya. Lantas saat mereka mulai mendengar nyanyiannya, seketika para pelaut itu akan menjadi tidak sadarkan diri. Mereka akan menabrakkan kapal mereka ke batu karang sampai hancur, dengan sengaja. Sebagian pelaut bahkan ada yang langsung menenggelamkan diri mereka sendiri ke dalam lautan.
Sekarang ketiga bajak laut itu paham. Mengapa selain penduduk asli di sana tidak ada seorangpun atau sekelompok nelayan dari luar wilayah selatan, bahkan kelompok bajak laut terbengis sekali pun yang berani mendatangi tempat tersebut.
Sebab nyatanya laut Shoutheeyanan dihuni sosoknya. Seekor Siren, atau mungkin lebih?
Meskipun rumor yang beredar, tepat di tengah laut Southeeyanan adalah tempat harta karun semesta yang diincar seluruh kelompok bajak laut itu kini tengah berada.
Jantung milik Kraken. Yang mana jantung tersebut dapat memberikan kehidupan yang abadi untuk siapapun pemiliknya.
“Ni-ki!”
Pria yang dipanggil namanya pun langsung memberikan respon. Walau hanya lewat tatapan matanya saja, pada yang lebih tua. Sebelum kemudian melanjutkan aktivitasnya membersihkan teropong miliknya.
“Kapten Sunghoon, Jay dan Sunoo sudah kembali”
“Apa kita harus ke aula pertemuan sekarang?”
“Tidak bisakah kau melihat ke arahku saat berbicara, bocah?”
“Jangan kekanakan Jungwon. Apa kita harus ke aula?” Sahut sang empu tidak peduli.
“Huh … Tidak. Sepertinya Kapten sedang memikirkan rencana baru terlebih dahulu”
“Mengapa?”
“Tebakanmu benar Jantung Kraken ada di tengah laut Southeeyanan tapi sialnya jantung itu di jaga oleh Siren”
Pria bernama Ni-ki tersebut terdiam sesaat sebelum kemudian berlalu membawa teropong nya yang sudah bersih. Ia meninggalkan yang lebih tua tanpa sepatah katapun.
“Sialan! Dia masih saja tidak sopan” Gerutu yang lebih tua.
“Kau kenapa, Jungwon?” Pria pemilik mata foxie menghampiri sang empu yang tengah menggerutu kesal.
“Ni-ki, dia masih saja tidak sopan. Mengapa Kapten harus memilih orang seperti itu dalam tim inti ini sebenarnya?”
“Sudahlah, lagipula dia banyak membantu selama ini. Terlepas dari sifatnya yang menyebalkan”
“Huh … yayaya. Emmm Sunoo, apa kau yakin para nelayan itu mengatakan Siren masih … hidup?”
“Iya. Lagipula semenjak kematian Kraken memang tidak ada yang tahu pasti kemana perginya para bangsa itu kan?”
“Ini sudah lebih dari empat puluh tahun dan mereka masih hidup? Apa karena mereka tinggal di sekitar jantung Kraken? Jadi mereka bisa tetap hidup abadi?”
“Bukan …”
Atensi keduanya teralihkan pada pria yang berkedudukan sebagai Quartermaster di kelompok mereka.
“Lantas apa lagi, Jake?” Tanya Sunoo, si pria bermata foxie.
“Siren Queen adalah kekasih Kraken. Sebab itu bangsa mereka menjaga jantung Kraken”
“Tapi logikanya Kraken sudah mati, untuk apalagi dia menjaganya, jika bukan untuk hidup abadi?” Ujar Jungwon.
“Apa kalian yakin jika Kraken sudah mati?”
Ucapan Jake buat keduanya terdiam hampa tanpa jawaban satu kata pun. Sebab jejak sejarah yang mereka temui selama ini, para pendahulu hanya menceritakan tentang hancurnya tubuh sang gurita raksasa itu usai jantungnya dicabut paksa oleh pemimpin perjanjian Altas.
Namun tidak bukti yang nyata dan jelas menyatakan jika makhluk tersebut sudah benar-benar tiada.
“Siren, adalah makhluk paling licik yang pernah ada di muka bumi ini. Tapi mereka adalah makhluk yang begitu setia pada pasangannya” Terang Jake.
“Jika Kraken tidak benar-benar mati. Bukankah itu akan menjadi sebuah petaka?” Ujar Jungwon dengan retoris.
Melihat guratan kekhawatiran di raut wajah dua orang yang ada di hadapannya membuat sang Quartermaster menyunggingkan salah satu sudut bibirnya.
‘Karena itu aku bergabung dengan kelompok ini’ Seruan licik di batin seseorang.