pshaconne
3 min readOct 13, 2023

Remuk. Satu kata untuk menggambarkan kondisi Hylan saat ini

Tubuh ringkihnya benar-benar terasa nyeri dan linu di setiap sisinya. Namun ia harus segera bangkit dan membersihkan tubuhnya yang terasa lengket lagi pula waktu sudah berlalu menghabiskan setengah harinya yang artinya ia juga melewati kelas paginya

Hylan menyingkirkan tangan Giar yang masih melingkar di perutnya. Sekilas ia berikan kecupan singkat di ranum yang lebih tua sebelum kemudian berusaha bangkit sambil mengangkat kaki kirinya dan menarik pantatnya mundur untuk melepaskan penyatuan mereka

Ringisan kecil meluncur dari bibir mungilnya yang begitu bengkak. Raut wajahnya bahkan merona padam sebab rasa sakit dan rasa malu bercampur baur menjadi satu.

Setelah terlepas dari belenggu Giar dengan perlahan Hylan mencoba bangkit dari posisinya untuk duduk di tepi ranjang. Masih dengan ringisan nya ia pun mencoba berdiri dengan kondisi telanjang. Kakinya lemas dan gemetar saat ia hendak melangkah. Dengan tertatih-tatih ia terus menyeret kedua kakinya sambil berpegangan dengan apa saja untuk menuju kamar mandi yang untungnya berada di dalam kamarnya

Giar nampaknya sangat lelah baik fisik serta batinnya sampai ia tidur begitu lelapnya dan tak terjaga sedikitpun walaupun ringisan Hylan terus menggema menyertai langkah kecilnya

Hylan Bernafas lega saat ia susah sampai di dalam kamar mandi. Tanpa menutup pintu ia segera mengisi bathub dengan air hangat

“Eh. Udah bangun?” Tubuh Hylan hampir tersungkur kedepan saat Giar tiba-tiba saja sudah merengkuh tubuhnya dari arah belakang

“Kenapa gak dibangunin?” Giar merengek dengan suara seraknya di bahu telanjang Hylan

“Lo keliatan capek banget gue mana tega”

Hylan memejamkan matanya sambil mengusap-usap sayang lengan Giar yang melingkari perutnya. Sejenak ia lupa rasa sakit di seluruh bagian tubuhnya saat merasakan hangat dekapan yang lebih tua

“Mandi bareng ya?”

“Eh? enggak lo aja duluan kalo emang gak mau nunggu — eh! ayah!” Tubuh Hylan langsung melayang seketika saat Giar langsung menggendongnya dan meletakkan di dalam bathtub yang kemudian di susul olehnya

“Sempit!” Hylan mengeluh namun Giar hanya terkekeh

Tak lama kemudian tubuh ringkih Hylan langsung Giar bawa ke atas pangkuannya. Hylan di pangku dengan menghadap kedepan. Tangan Giar kembali melingkari perutnya sembari mengusap-usapnya dengan lembut

“Kayaknya bakal lama deh ini”

“Gak papa, saya suka”

“Sampe kapan lo mau bicara formal sama gue?” Hylan memainkan jari-jari panjang Giar. Lantas Ia menyadari satu hal, jari telunjuk dan jari tengah Giar sedikit keriput. Pipi Hylan langsung merona mengingat apa yang di kerjakan dua jari Giar itu semalam

“Kenapa sayang?” Giar malah merubah topik pembicaraan. Kata tanya yang ia lontarkan sebab Hylan terus menekan-nekan dua jarinya

“Hah? ya gak papa gue pengen ngomong santai aja sama lo” Sahut Hylan gugup saat menyadari wajah Giar ada di sisi kanan bahunya

“Bukan itu sayang, kenapa sama jari saya? jariku maksudnya. hem?”

“Ya gak papa” Hylan membuang muka agar Giar tidak melihat rona di pipinya

“Gemesnya” Usai mengucapkan kalimat itu dengan cepat Giar membuka kakinya dengan kaki Hylan yang menopang di atasnya hingga Hylan ikut mengangkang lebar dibuatnya

“Pelan! linu banget paha gue”

“Memeknya juga linu gak?” Leher Hylan di kecup dan cupingnya di kulum

“Emhh Ayah-hhh udah ya mandinya ahh”. Leher Hylan kembali di hisap kuat dan di tinggalkan jejak. Tangan Giar naik ke dada Hylan yang bengkak. Hylan menggenggam erat punggung tangan Giar yang mana telapak nya kini sudah meremas-remas dadanya kembali dengan cara yang sensual

“Eshh ayahh ahhh” Tubuh Hylan kembali terangsang sebab Giar kembali menyentuh tubuhnya

“Essshhh jangan banyak gerak nanti ada yang bangun” Tangan Giar terus meremas-remas dada Hylan yang sensitif terkadang remasannya menguat saat Hylan tanpa sengaja mengerakkan pantatnya yang tepat berada di atas kejantanan Giar

“Eung ayah-hh”

“Hem. Kenapa sayang?”

“Mau ciyum-hhh eunghh-hhh”. Hylan menolehkan wajahnya ke kanan. Giar langsung menyambutnya dan menyambar bibir mungil Hylan yang begitu bengkak

Sambil melumat ranum yang lebih muda tangan kiri Giar mencoba mengusap-usap dada dan perut rata Hylan sedangkan tangan kanannya sudah kembali termui tubuh bagian bawah Hylan

“Eumhhh!” Dua jari Giar kembali menggosok klitoris Hylan dengan lembut. Bibirnya terus memanggut dan menyesap ranum Hylan.

Pagi itu di dalam kamar mandi kamar kos Hylan keduanya kembali melakukan persetubuhan. Dengan Hylan yang mati-matian menahan desahannya saat ia mengingat ucapan Alki jika desahannya terlalu kencang.

pshaconne
pshaconne

Written by pshaconne

love yourself or let me loving you better than anyone.

No responses yet