Schizophrenia

pshaconne
4 min readOct 21, 2023

--

Dengan langkah yang pasti, Pria berusia 27 tahun itu terus berjalan menyusuri lorong rumah sakit menuju blok dandelion kamar nomor 10

Di tengah perjalanan sesekali ia akan tersenyum hangat dan ramah saat menanggapi sapaan para pasien dan perawat di sana

Banyak orang terpukau dengan wajahnya yang tampan belum lagi penampilan nya yang begitu berwibawa serta tanda pengenal khusus yang menandakan bahwa ia orang penting di sana.

Suara jeritan lantang dan benda-benda yang hancur langsung menyapa indera pendengarannya saat ia baru berhadapan dengan pintu kaca ruangan tersebut

“Kenapa dia?” Tanya nya pada seorang perawat laki-laki yang baru saja keluar dari ruangan itu

“Dia akan mengamuk saat warna rambutnya luntur”

“Lalu?”

“Saat aku ingin membantu mengecat ulang dia lebih dulu mengamuk dan melempariku dengan meja”

“Biar aku yang tangani”

“Dokter Gema, yakin?”. Sang pemilik nama menganggukkan kepalanya

Setelah perawat itu pergi dengan perlahan pria itu memasuki ruangan nomor 10 tersebut. Harum mewangi seperti ladang bunga, satu hal yang terlintas di benaknya saat ia sudah masuk kedalam

“Ekhem. Cyan?” Ia coba mengambil atensi pemuda bersurai ungu sedikit gelap itu, yang tengah duduk di atas ranjangnya dengan posisi membelakangi nya

Pemuda itu tetap diam di posisinya, namun tubuhnya seketika menengang saat ia mendengar suara seseorang yang sangat di rindukannya

“Cyan?” Panggil pria itu sekali lagi

“Magenta …” Pemuda itu menoleh ke belakang dengan wajah yang kacau serta mata bambinya yang begitu bulat ayu sudah penuh embun

“Ya?” Sang lawan sedikit terkejut saat pemuda itu memanggilnya dengan nama belakangnya

“Gema — magenta?” Ujarnya sekali lagi

Pria itu terdiam menatap bingung pada pemuda bernama Cyan itu. Sebab ia mengetahui nama lengkapnya. Tapi perlahan Pria itu mulai melangkah mendekati Cyan sembari tersenyum hangat

“Genta lama … Cyan rindu Genta” Rengeknya pada pria itu

“Cy-an. udah lama nunggu saya?”

“Genta … Cyan rindu” Pemuda itu langsung menangis di hadapannya sambil menjulurkan kedua tangannya hendak meminta sebuah pelukan darinya

Meski sempat tertegun namun pria itu kembali tersenyum dan segera membungkukkan badannya untuk menerima pelukan Cyan

“Genta … Cyan rindu. rindu sekali Genta” Hangat. entah mengapa pelukan pemuda itu rasanya sangat hangat dan nyaman sekali. Seketika pria itu tiba-tiba saja ikut menetaskan air matanya saat dengar tangis pilu Cyan

Dalam posisi saling merengkuh keduanya menangis bersama, Cyan dalam rasa rindunya pada sosok yang sebenarnya belum pernah ditemui dan dikenalnya itu, dan Pria yang Cyan panggil Genta itu, ia menangis entah untuk apa. Yang pria itu sadari hanya satu. Tangisan pemuda itu begitu menyakitkan di rungunya sampai mengoyak hatinya rasanya

“Jangan tinggalin Cyan lagi, ya” Pintanya dengan sangat penuh permohonan

“Iyaa saya janji” Walaupun tidak tahu mengapa namun pria itu tulus mengatakannya

“Genta, Cyan sayang sama genta. Cyan cinta sama Genta. Ayo hidup sama-sama. Cyan mau sama Genta seumur hidup Cyan. Genta mau kan? Kalo mau Genta janji ya kita bakal hidup sama-sama terus” Tangis pemuda itu memang sudah berhenti namun sesegukannya yang masih tersisa terseling di tutur ucapnya

“Janji … Gen-ta. Genta janji sama Cyan” Pria itu ikut saja alur yang di pinta oleh yang lebih muda

Dengar sahut yang memuaskan pemuda itu langsung melepaskan rengkuhannya. “Genta janji?” Pemuda itu menangkup kedua pipi pria itu. Pria yang ditanyainya kembali tersenyum lembut usai menghapus jejak air matanya serta milik Cyan lantas ia menganggukkan kepalanya dengan yakin.

Netra mereka saling bertemu tatap, lama. Mereka berdua saling pandang dan kagumi diri satu sama lain

Mata bambi pemuda itu sedikit bergetar saat mata elang pria itu menatapnya begitu intens

Entah dorongan dari mana pria itu tiba-tiba saja menghapus jarak di antara mereka. Sedetik kemudian ranum tebal dan terbelah pria itu langsung menempel di ranum mungil nan cantik milik Cyan

Bibir mereka menempel cukup lama sebelum kemudian pria itu mulai memagut bibir mungil Cyan dengan lembut. Cyan hanya bisa memejamkan matanya merasakan lembutnya perlakuan Genta-nya

Cyan tetap diam saja saat bibir bagian bawahnya di lumat dan di sesap berulang kali. Cyan bahkan menurut saja saat pria itu menuntunnya agar merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Pria itu menanggalkan kewarasan. Ia terus memperdalam ciumannya. Mencoba melesakkan lidahnya dalam mulut Cyan lantas mengobrak-abrik seluruh isinya. Membelit dan menyesap lidah Cyan tanpa ampun. Sambil mengukung tubuh ringkih Cyan dengan penuh afksi dia terus mencium Cyan sampai suara lenguhan Cyan terdengar dan ia langsung memutuskan cumbuan mereka.

“Maaf …” Dengan nafas yang memburu pria itu menatap Cyan dari jarak yang masih cukup dekat tanpa mengubah posisinya. Cyan tidak menjawabnya ia langsung menarik tengkuk Genta-nya agar keduanya kembali dalam pangutan seperti semula

Keduanya tidak pernah saling bertemu, keduanya tidak pernah saling mengenal

Gema magenta, laki-laki yang Cyan panggil Genta itu tidak pernah bertemu dengannya sebelumnya

Dan dalam halusinasinya sosok Gema hadir sebagai Genta sebab kesalahan Shankara Medallion, Dokter yang selama ini menangani Cyan yang tak lain adalah adik seayah Gema.

Shankara pernah tidak sengaja meninggalkan ponselnya di ruangan Cyan yang mana dari sanalah Cyan mengenal sosok Genta yang seharusnya dipanggil Gema itu

Semua yang terjadi selama ini hanya halusinasi Cyan. Sosok Genta dan San tidak pernah nyata mereka adalah dua dokter yang hendak menanganinya

Namun sepertinya doa-doa Cyan dalam pesakitannya selama ini sepertinya tuhan kabulkan

Di semesta yang lain — Cyan kembali bertemu dengan Genta-nya dalam garis takdir yang berbeda.

SELESAI.

--

--

pshaconne
pshaconne

Written by pshaconne

love yourself or let me loving you better than anyone.

No responses yet