The Wedding Day

pshaconne
3 min readJan 24, 2024

--

Semalam Pasha rela telan dua butir obat tidur hanya agar bisa terlelap lebih awal.

Dari semangatnya ia bahkan sampai melupakan sosok Abimana Aryasatya sang adik se-panti asuhan nya yang masih selalu setia di sisinya.

Pagi ini Pasha bahkan bangun begitu pagi, dua jam lebih awal. Tepat pukul empat dini hari ia sudah bangkit dari ranjangnya lantas langsung bersiap dengan segala sesuatunya.

Sedang pada pukul tujuh pagi nya, bersama sang supir pribadi ia segera pergi ke lokasi yang kekasihnya itu pilih. Untuk acara penting yang terjadi sekali seumur hidupnya.

Sesampainya di tempat yang di tuju, beberapa tamu undangan sudah mengisi aula. Pantas saja parkiran terlihat hampir penuh tadi — Batin Pasha.

Pasha tak sedikitpun taruh rasa curiga apapun, saat beberapa orang yang berpapasan dengannya bukanlah orang-orang yang dikenalnya.

Pasha masuk lewat pintu samping aula yang terkhusus untuknya. Lantas sosok yang diketahuinya adalah sekretaris kekasihnya itu pun langsung menyambutnya. Pasha masih tak taruh rasa curiga tentunya, bahkan ia langsung menurut saja saat di titah ke ruang make-over untuk membenahi tata busana nya pun menabur sedikit riasan agar wajah tampannya lebih kentara.

Sejak ia sampai memang tak sekilas pun ia melihat siluet kehadiran Judika namun lagi-lagi ia tak taruh rasa curiga.

Sampai di detik-detik pemberkatan hampir tiba, barulah Pasha rasanya ingin berpura-pura terkena serangan jantung saja di tempatnya, andai ia pandai melakukan acting. Sayangnya ia terlalu buruk untuk berpura-pura.

Langkanya menuju altar terasa begitu jauh. Kakinya dengan berat terus mengambil langkah maju. Podium terkhusus untuk dua mempelai dan seorang pendeta terasa begitu tinggi baginya. Bahkan tamu undangan rasanya ada puluhan juta orang rasa-rasanya.

Pasha hanya terdiam membisu. Ia mendadak linglung dan tidak tahu harus berbuat apapun. Ia hanya diam dan ikut serta saja saat ia di titah naik ke atas altar.

Bahkan ia tetap diam membiarkan sosok pemuda cantik di hadapannya itu menjamah tangannya lantas meletakkan telapak tangan besarnya di atas telapak tangan mungilnya, yang bahkan kedua sisinya bisa Pasha remukkan dalam sekali remasan satu telapak tangannya saja.

Suasana aula semakin sunyi saat sang pendeta dengan khusyuk mulai merapalkan doa-doa pada Tuhan yang mana saja yang sanggup mendengar pinta tulusnya untuk satukan dua insan itu untuk menjadi satu yang utuh dalam sebuah ikatan pernikahan.

Seusianya, lantas sang pendeta mulai bertanya. Dimulai dari sosok si cantik yang kini Pasha ketahui namanya adalah — Sankara Heevindra.

Dengan tegas si cantik mencoba menjawab pertanyaan sang pendeta. Dengan penuh kesungguhan ia menerima kurang lebihnya — Panji Santana.

Dalam lebih pun kekurangan. Dalam tawa pun sedihnya. Dalam suka dan dukanya. Sosok Heevindra dengan bersungguh-sungguh mengambil Pasha untuk menjadi pasangannya.

Dilanjutkan kembali oleh sang pendeta yang membuat Pasha sedikit tersentak, saat ia mulai di tanyain beberapa hal yang sama.

Entah memang sudah terlalu linglung atau ia memang terlanjur mabuk dan terpesona akan sosok insan di hadapannya itu, sampai ia hanya menurut-menurut saja. Relakan dirinya di ambil oleh sosok Heevindra seutuhnya untuk menjadi pasangannya.

Saat pemberkatan usai. Masih dengan gerakan yang linglung Pasha membiarkan sosok cantik Heevindra memasangkan sebuah cincin berlian di jari manis kanannya yang terlihat begitu pas. Ia juga dengan spontan melakukan hal yang sama pada sang empu.

Kesadaran Pasha masih tak kembali, bahkan saat sosok cantik itu mulai menangkup kedua pipinya dengan kedua tangan ringkihnya.

Tak lama kemudian netra Pasha pun kian terbuka lebar. Tubuhnya bahkan mulai menegang, saat Heevindra mulai mendekatkan wajahnya ke arahnya. Tinggi keduanya nyaris sama meskipun postur tubuh Heevindra sangat ringkih jadi begitu mudah baginya saat ia mencoba menyatukan ranum keduanya.

Netra bulat rusa milik Heevindra terpejam. Nafas hangatnya membelai wajah Pasha. Sang empu masih terdiam gamang menikmati wajah cantik Heevindra yang semakin menghapus jarak di antara mereka.

Manis. Namun rasanya bukan sesuatu yang asing bagi Pasha. Ranum Heevindra yang kini bertemu lekat dengan miliknya terasa seperti sesuatu yang telah lama ia rindukan. Hingga dengan tidak tahu dirinya Pasha langsung menarik tengkuk Heevindra saat sang empu hendak memisahkan ranum keduanya. Lantas dengan bersemangatnya Pasha mulai melumat bibir Heevindra tanpa jeda.

Sorak-sorai dan tepuk tangan meriah para tamu undangan menjadi melodi pengiring di tengah pagutan bibir dua insan itu terjadi.

Lantas saat Pasha rasa Heevindra mulai kehabisan nafas ia baru melepaskan pungutan bibir mereka dengan rasa tidak rela.

“Selamat mulai hari ini kalian adalah pasangan yang sah di mata tuhan dan negara” Ujar sang pendeta yang langsung membuat Pasha tersadar akan situasi sebenarnya.

“Damn!”

--

--

pshaconne
pshaconne

Written by pshaconne

love yourself or let me loving you better than anyone.

No responses yet